Showing posts with label cerita. Show all posts
Showing posts with label cerita. Show all posts

[cerita] one piece: demi sang kapten


Mihawk menangkap Nami. Ia mengikat Nami di sebuah tanaman beracun yang bisa membuat seorang manusia menjadi lumpuh. Nami semakin kehilangan kesadaran dan akhirnya pingsan.

Sebuah belati menyerang Mihawk dari belakang. Namun Mihawk masih sempat menghindar.

Mihawk menoleh ke arah datangnya belati tersebut sambil berpikir siapa yang datang. Dari balik api dan asap yang mengepul, terlihat bayangan seorang dengan tiga pedang datang. Muncullah Zoro, menghunus dua pedang di pinggangnya.

Mihawk mengejek Zoro dengan kata-kata "Belum puas kau? masih mau kehilangan sebuah mata lagi?"

Zoro yang sebelah matanya banjir darah, diam saja. Ia bersiap untuk menantang Mihawk.

"Aku tidak mengerti kenapa kau begitu ngotot demi gadis ini. Bukankah kau sudah tahu betapa berbahayanya dia? Bisa mengendalikan cuaca Grand Line … bila dibiarkan, ia bisa menjadi mimpi buruk setiap makhluk hidup di dunia ini!" tanya Mihawk.

Nami sudah tidak sadar. Kini di tubuhnya muncul bercak-bercak hijau.
Melihat itu Zoro menggeram. "Aku tidak mungkin membiarkan dia mati!"

"Tenang. Tanaman ini takkan membunuhnya." Jawab Mihawk.
"Memang tidak bisa. Tapi tanaman ini bisa membuatnya lumpuh." Kata Zoro dengan tegas.
"Memangnya kenapa kalau dia lumpuh? Dia kekasihmu?" tanya Mihawk.
"Dia sangat berarti bagi kaptenku, Luffy." Kata Zoro.

Berpikir sebentar untuk mencerna ucapan Zoro. Karena gadis ini adalah kekasih kaptennya, maka orang ini bersikeras menyelamatkannya sekalipun Mihawk sudah membelah mata kirinya barusan?

Si mata elang itu mengejeknya sekali lagi. "Bodoh sekali kau. Demi kepentingan orang lain kau rela kehilangan nyawamu, padahal dia bukan kekasihmu? Kalau memang Luffy kekasihnya, suruh dia datang sendiri, jangan kau."

Zoro mengenang selama ini ia selalu melihat Nami. Saat gadis itu marah, mengatur, menyebalkan, bahkan saat ia tersenyum dan berterima kasih padanya. Zoro berkata dengan sedikit pelan. "Dan terlebih dari itu semua … Aku tidak bisa kehilangan dia...!"

Melihat Zoro mengacungkan senjata padanya, Mihawk mengambil belati kecil. "Memangnya kau pernah memiliki dia?"

Masih teringat dalam benak Zoro, seperti apa Luffy dan Nami di belakang Zoro. Mereka semakin dekat, semakin akrab, Zoro mengalah dan mengalihkan pikirannya dengan latihan-latihan fisik. Semakin ia ingat, semakin ia tahu, semakin keras ia berlatih. Itu juga merupakan alasan kenapa Zoro menjadi begitu tidak acuh pada Nami belakangan ini. Namun Zoro masih bersikeras. "Tidak masalah apakah pernah atau tidak."

Zoro dan Mihawk pun maju untuk berkelahi.

Mihawk menangkis ayunan pedang Zoro dengan mengayunkan belatinya. Zoro menyerangnya dari segala arah, Mihawk menghindari dan akhirnya kesulitan menghadapi kemarahan Zoro. Lengan kanannya tersayat. Mihawk menemukan celah pada Zoro dan menusuknya.

Mihawk melompat mundur dan menatap Zoro dengan serius.

Zoro masih menatapnya tajam dan berani. Ia mengambil nafas. Darah mengucur dari dada Zoro yang berlubang.

Katanya kemarahan bisa membuat seorang pendekar berkali-kali lipat lebih hebat. Barangkali ini saatnya aku bermain serius dengannya. Pikir Mihawk.

Mihawk melempar belatinya ke wajah Zoro. Zoro menangkisnya. CRANKK!

Belati itu terbang liar dan akhirnya menancap hanya beberapa senti di atas Nami yang bersandar di pohon. Mihawk menyerang Zoro sambil menghunus pedangnya langsung untuk memotong Zoro. Zoro berkelit dan menyerang pinggang Mihawk. Keduanya kembali saling berhadapan. Mihawk menyadari ada sesuatu pada pinggangnya. Mihawk meraba pinggangnya yang berdarah. cukup sudah!

Mihawk kembali menyerang Zoro dengan tatapan galak dan dingin. Zoro menyambut serangan itu, mencoba berkelit, dan menyerang seperti tadi, namun gerakannya sudah terbaca oleh Mihawk. Pedang Mihawk menyayat pahanya.

Darah menyembur dari luka Zoro. Zoro masih maju dan menyerang Mihawk. Mihawk menghindari serangan itu dan mengarahkan pedangnya ke leher Zoro. Zoro segera menghindar, namun sayatan ujung pedang Mihawk yang tajam itu mengenai dahi Zoro. Darah mengucur dari sana dengan deras.

Zoro melompat mundur dengan kedua mata yang terasa perih. Gawat! Sebelah mataku sudah buta dan kini darah membanjiri mataku yang lain!

Tanpa ampun, Mihawk terus mengejarnya dan Zoro terus menghindarinya. Karena lompatan Zoro cukup jauh, Mihawk mengibaskan pedangnya dan angin menyayat tubuh Zoro. Zoro melindungi lehernya dengan lengan kanannya. Bajunya sobek dan lengannya berdarah dengan deras. Zoro tidak berhenti. Dia juga membalas dengan jurus yang sama. Mihawk menangkisnya dengan mengibaskan pedangnya. Tapi tetap melukai tubuhnya sedikit.

Mihawk berhenti dan tertegun.

Zoro mendarat sambil berlutut di atas rumput. Ia tidak pernah mengalihkan pandangannya dari Mihawk. Zoro menyeka mata kanannya yang tersiram darah dari pelipisnya. Bercak darah membasahi lengan pakaiannya yang sudah terkoyak.

"Kau sudah banyak perkembangan, Zoro." Puji Mihawk.

Zoro mengeluarkan bandananya dan mengikat kepalanya untuk menahan pendarahan agar tidak mengganggu penglihatannya lagi. Setelah selesai, Zoro menggigit pedang Kuina dan kembali bangkit, siap menghadapi Mihawk lagi.

"Tapi masih terlalu cepat 100 tahun untuk melawanku!" Mihawk maju untuk menyerang Zoro dengan ayunan atas.

Zoro menghindar, dan tanah terbelah akibat serangan Mihawk.

Aku bisa mengenainya! Aku bisa melukainya! Aku bisa! Zoro kembali mengcounter Mihawk. Kali ini mengenai punggung Mihawk dengan telak.

Mihawk terkejut dan marah. Luka di punggung adalah penghinaan bagi seorang swordsman.

Tanpa mengangkat pedangnya dari tanah, Mihawk mengayunkan ke belakang. "Heaaaaaaa….!"

Tanah terkelupas ditembus pedang Mihawk yang mengiris perut Zoro. Zoro menangkis dengan pedang di tangan kirinya. Tapi pedang itu terlepas dari tangan Zoro dan menancap di sebuah pohon. Zoro mendarat di tanah dengan pedang di tangan kanan dan di mulutnya. Hanya tersisa dua buah pedang saja yang masih ia pegang sekarang. Tidak masalah. Zoro menggenggam pedang di tangan kanannya dengan kedua tangannya.

Mihawk masih menyerang Zoro tanpa ampun. Zoro terus menghindari serangannya. Satu serangan death blow Mihawk membuat bumi berguncang.

Aku tidak boleh terkena serangannya!

Mihawk mengamuk. Gila!

Inikah kekuatan Mihawk saat ia sedang mengamuk?

Sekali sabet, tiga pohon terbelah menjadi dua. Dan sebuah tiang jauh di belakangnya masih terkena angin sayatan Mihawk. Tenaga anginnya sungguh luar biasa!

Ia sungguh jagoan pedang nomer satu di dunia!

Dan ia jauh di atas kemampuanku!

Tapi …. Di kulit Nami terdapat semakin banyak bercak hijau.

Aku tidak boleh kalah!

Zoro mendarat tidak sengaja di depan Nami persis. Mihawk menyerangnya dari ayunan atas. Deathblow yang sedang dikeluarkan Mihawk pasti sangat besar kekuatannya! Zoro tidak bisa pergi dari sana, kalau dia pergi, Nami pasti terkena serangan Mihawk. Maka Zoro menangkis serangan Mihawk dengan pedang Kuina yang masih digigit mulutnya.

TRANKK..!

Pedang Kuina patah jadi dua tertembus pedang hitam Mihawk sebelum akhirnya membelah bahu Zoro dan mematahkan lima buah tulang rusuknya.

Tapi Mihawk tidak melihat pedang di tangan kanan Zoro yang menembus jantungnya. Tanpa memperdulikan rasa sakitnya, Zoro mengerahkan segenap tenaganya untuk menembus jantung Mihawk. Ini adalah kesempatan langka untuk mengalahkan si jago pedang itu!

"Kau….*uhuk*" Mihawk menyemburkan darah segar ke wajah Zoro.

Kemudian Mihawk berbaring terlentang sambil terengah-engah. "Kau akan menyesal karena telah membela hidup wanita mengerikan itu…"

"Mungkin." Kemudian Zoro menghampiri Nami dan mengusap pipinya. "Tapi aku takkan bisa mengampuni diriku sendiri bila aku tidak melakukan ini."

Mihawk melemah. Kemudian ia berkata untuk terakhir kalinya pada Zoro. "Selamat. Kau yang terkuat sekarang."

Mihawk menutup matanya dalam damai. Zoro menggendong Nami dan berdiri. Bahu kirinya terasa sakit sekali dan mengucurkan banyak darah yang merembes membasahi pakaiannya.

Pada saat yang sama, Luffy datang dengan Chopper dan Usopp. "Nami…..!"

Melihat keadaan Zoro, mereka terbelalak. "Zoro! Apa yang terjadi pada kalian?"

Zoro menatap Luffy. Eye extreme close up. Luffy terlihat bingung dan panik.

Zoro menyerahkan Nami pada Luffy. Luffy menggendong Nami.

"Zoro, lukamu…" Chopper perduli pada luka Zoro.

Zoro menyerahkan obat penawar pada Chopper. "Take care of Nami."

Zoro meninggalkan tempat itu dan teman-temannya sambil membawa pedang Kuina yang sudah terbelah dua.

Nami diberikan obat yang diberikan Zoro barusan dan akhirnya siuman.

Ia melihat Luffy dan tersenyum. "Luffy…?"
"Tidak apa-apa, Nami."
"Nami selamat. Terlambat sedikit ia sudah pasti lumpuh." Kata Chopper dengan lega.
Nami masih ingat terakhir kali, Mihawk menculiknya. "…Mihawk?"
Luffy melihat ke depan. Mihawk sudah tidak bergerak lagi. Sanji menggeleng. Luffy menjawab. "Mati."
Nami menjadi tenang. Ia tersenyum dan kemudian tidur.

***

Thousand sunny …

Zoro terbangun. Tubuhnya terbalut perban baru. Chopper sedang mengganti perbannya. "Jangan bergerak dulu. Perbanmu sedang kuganti."

Zoro menurut dan diam. Ia sedang di klinik di dalam Thousand Sunny. Berdua saja dengan Chopper. Keadaan yang berguncang lembut memberitahunya bahwa ia sedang berlayar sekarang.

"Kau pingsan selama 2 hari karena kehabisan banyak darah. Tulang bahumu patah dan masih retak. Aku terpaksa mengeluarkan mata kirimu karena sudah rusak. Seharian aku menjahit lukamu. Kau betul-betul dihajar Mihawk rupanya."

Zoro melirik Chopper. "Apakah ada yang lumpuh?"

"Nami maksudmu? Dia selamat. Kau yang merebut obat itu dari Dr Indigo? Kau telah menyelamatkan dia."

Zoro tersenyum cuek. "Aku hanya khawatir Luffy menjadi sedih bila terjadi sesuatu pada Nami."

"Berarti kau sangat memikirkan perasaan Luffy sampai-sampai kau nyaris mati begini…." Chopper lalu terharu. "Hebat….!"

Zoro berkeringat dan membuang muka dari Chopper.

Lalu Zoro menyeringai pada Chopper. "Terima kasih sudah merawatku selama aku pingsan."

"Ah tidak usah sungkan…aku hanya mengobati dan menjahit lukamu saja kok. Kalau mau berterima kasih, katakan pada Nami. Dia yang paling setia menungguimu selama kau tidak sadar."

Zoro sedikit terkejut, tidak menduganya.

Chopper melanjutkan sambil membereskan perlengkapannya. "Dipikir-pikir, setiap kali kau pingsan, Nami yang selalu menungguimu. Bahkan saat di Thriller Bark, dia tidak ikut pesta bersama orang lain dan memilih menjagamu. Ia bahkan menjagamu dari Luffy yang suka iseng ingin membangunkanmu."

Zoro tertegun. Lalu berkata dengan datar. "Oh."

Tapi kemudian ia kembali teringat keintiman Nami dan Luffy. Lalu Zoro tertawa kecil. "Dia pasti takut aku tidak bisa membayar hutangnya."

"Benar! Bagaimana kau bisa tahu! hebat sekali!" seru Chopper. "Dia selalu berkata padaku…"

===Flash back Nami dengan wajah khawatir===
"Kenapa dia selalu nekad seperti ini! Bagaimana kalau dia mati! Kenapa dia tidak perduli pada hutang-hutangnya!"

"Aku tidak pernah mengerti apa sih yang diinginkan lelaki? Apa menurut mereka, mati karena berkelahi itu keren? Bagaimana kalau sibodoh buta arah ini mati sebelum melunasi hutang-hutangnya?"

"Dasar lelaki bodoh! Sudah tidak punya uang, miskin, buta arah, tapi selalu memaksakan diri begini. Bagaimana kalau dia tidak bisa membayar hutang-hutangnya padaku?"
==============================
Zoro menjadi speechless mendengar cerita Chopper.

"Tapi kenapa Nami tidak muncul juga ya? Biasanya jam segini dia sudah ada di sini dan aku tidak perlu mengganti perbanmu lagi."

Di luar ruangan, Nami sedang mengintip ke dalam klinik. Lalu ia tersenyum penuh rasa syukur dan pergi meninggalkan ruang kesehatan.

Tak lama akhirnya Zoro sudah bisa berdiri dan berjalan. Namun menurut Chopper ia tidak boleh bergerak terlalu banyak. Saat para kru mugiwara menyadari bahwa Zoro sudah bisa berjalan lagi, mereka sangat senang.

"Hei, Zoro! Tangkap!" Luffy melemparnya sebuah botol minuman. Zoro menangkapnya.

Franky mengangkat cola nya. "Toast untuk Zoro..!"

Semua orang toast untuknya.

Zoro melihat teman-temannya satu persatu. Luffy, Usopp, Chopper dan Franky terlihat bersemangat seperti biasa. Sanji menatapnya serius. Saat mata mereka bertemu, Sanji memberikan jempolnya pada Zoro dengan mantap. Robin hanya tersenyum manis padanya.

Dan Nami…

"Luffy! Jangan cekoki dia!" ia sibuk mencegah Luffy mencekoki minuman anggur pada Chopper.

Tapi Luffy terlihat cuek dan masih memaksa Chopper minum sekalipun kepalanya sudah dijitak Nami. Akhirnya Nami capek sendiri setelah Chopper menjadi mabuk dan menyanyi sendiri. Brook lalu mengeluarkan biolanya dan bermain musik. "Lagu terbaruku… judulnya… Show Me The Panties!"

Lagu baru itu disambut meriah oleh para lelaki di sana. Saat semua orang sibuk dengan urusan mereka, Nami menatap Zoro seklias dan tersenyum lembut padanya. Akhirnya Zoro mengembangkan senyum juga, sekalipun sangat tipis, tapi hangat. Segera, Nami duduk bersama Robin, dan Zoro membuka botolnya lalu menikmati isinya.

Ia tidak bergabung dengan teman-temannya yang sedang bergembira ria. Mereka seperti itu sepanjang hari. Zoro lebih suka menikmati waktunya sendirian. Sambil menikmati anggur yang diberikan Luffy, ia bersantai di belakang kapal sambil menikmati angin senja yang kencang.

Nami menghampirinya. "Aku terkejut kau sudah sembuh sekarang."

Zoro tidak menoleh padanya. Namun karena merasa damai, ia tersenyum lagi.

Nami ikut bertengger di sebelah Zoro. Mereka sangat dekat sehingga bahu mereka bersentuhan. "Katanya tulang rusukmu patah lima dan tulang bahumu juga patah karena serangan Mihawk yang terakhir…"

"…Sebanding dengan apa yang kudapatkan." Kata Zoro dengan puas.

Zoro memikirkan bahwa ia tidak kehilangan Nami yang biasa, bahwa gadis itu tidak jadi lumpuh, perjuangannya tidak sia-sia. Sementara Nami berpikir bahwa Zoro sedang membicarakan kemenangannya atas Mihawk.

Nami terdiam. Ia ingin menyentuh Zoro untuk berterima kasih. Akan tetapi ia merasa ragu. Karena Zoro semakin lama semakin cuek padanya. Ia takut Zoro malah menghindarinya bila ia melakukan itu. Ia sangat dingin padanya, dan semakin dingin sikapnya. Dan kini dia bahkan tidak mau menatapnya sama sekali. Terpikir oleh Nami, jangan-jangan Zoro tidak suka padanya.

Apalagi setelah akhirnya Zoro berkata lagi. "Tidakkah mereka mencarimu? Kembalilah kesana."

Sesungguhnya ia masih ingin berada di sisi Zoro sekarang. Tapi tampaknya tidak bisa. Dan semua perilaku cuek dari Zoro itu membuat Nami jadi merasa bahwa dirinya tidak diharapkan oleh swordsman tiga pedang itu. "Baiklah. Sebentar lagi makan malam siap…."

Belum selesai Nami berbicara, Zoro sudah memotong ucapannya. "Aku takkan terlambat makan malam."

"Ya. Sampai nanti." Ucap Nami sedikit kecewa. Ia kembali ke dalam. Sebelum membuka pintu, ia menatap sedih kepada Zoro sebentar.

Sepeninggal Nami, entah mengapa Zoro kembali teringat pada salah satu pertengkarannya dengan Sanji yang tidak diketahui siapapun.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Dasar pengecut. Bicara saja tidak bisa, masih belagu." Gerutu Sanji dengan tatapan merendahkan.

Zoro benci tatapan itu dan menjawab tantangannya. "Bicaramu tidak ada arahnya. Aku takkan termakan ucapan kosong seperti kau yang selalu ditindas perempuan."

Sanji membentaknya. "Ditindas katamu? Aku ini pengagum kecantikan, tau!"

"Sangat mengganggu. Selalu menyebut Robin-cwann…atau siapapun nama perempuan yang kau tahu, lalu merubah matamu menjadi hati… heh… kelakuanmu sudah seperti budak wanita saja." Zoro menyeringai.

Sanji ingin segera marah. Tapi ia tahu bahwa amarah tidak akan mempengaruhi Zoro. Maka dari itu ia membidik. "Kau lupa satu lagi. Nami-swann."

Pupil mata Zoro sedikit terbelalak. Seringainya menghilang. Ia segera mengendalikan dirinya dan mengibaskan tangannya seakan hal itu tidak penting. "Yang itu sih sudah sering. Tidak masuk hitungan."

Kena kau! Sanji merasa senang. Ia melanjutkan. "Kalau sudah sering, kenapa kau hanya menyebut Robin-cwan saja?"

Zoro beranjak pergi dari sana. "Aku tak ada waktu berdebat denganmu."

"Hei, Zoro!" Sanji tak mau membiarkan Zoro kabur sekarang. "Kau ingin tahu aroma mulut Nami saat menempel di lidahmu?"

Jantung Zoro berdentam keras selama satu detik. Sanji merasa asik. "Rasa jeruk. Rasanya masam, seperti rasa jeruk yang belum matang. Iya, jeruk belum matang yang berwarna hijau itu."

"Kau…" dengan geram Zoro menoleh pada Sanji.

"Semua juga tahu kecuali kapten kita. Tapi kenapa panggilannya tidak bersambut yah? Pasti karena dia pengecut, terlalu pengecut untuk menjawab!" Sanji ingin melihat Zoro marah.

Zoro memang terbakar sebentar. Namun ia berhasil menguasai dirinya. "Kau mabuk. Bicaramu berbelit-belit. Aku tidak mengerti."

Zoro lalu pergi meninggalkan Sanji.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Aku benci mengakuinya, tapi Sanji benar.

Aku terlalu pengecut untuk menjawab.

Tapi … aku tidak mungkin mencintai gadis yang dicintai kaptenku sendiri.

Tidak mungkin aku menghancurkan perasaan kaptenku.

"Nami dimana sih?" Luffy dengan lincah bergelantungan di tiang-tiang Thousand Sunny mencari Nami. Lalu ia memanggilnya. "Namiiiii…! Dimana kau?"

Nami muncul. "Di sini! Ribut sekali kau. Ada apa?"

Luffy menyodorkan topi jeraminya dengan bibir manyun. "Dirusak Usopp… perbaiki dong…"

"Dasar merepotkan saja." Kemudian Nami memperbaikinya.

Sementara itu di ruang gym, Zoro berlatih keras. "Aku harus kuat! Aku masih lemah!"


repost from: kemudian.com

[cerita] death note: mencari glodok ke indonesia

BRAAK!!

Suara bantingan pintu mengagetkan Near yg sedang asik dengan puzelnya..

“Near!! WOOY!!”.. teriak Matt.

“a..apa sih?!.. gak usah teriak juga aku denger!”.. jawab Near sewot..

“Sori dah.. gw lg buru-buru neh..,, Mello mana?”

“Gak tau.. dari tadi gak keliatan”

“yaudah.. nanti kalo Mello nyariin bilang gw pergi yee..”

“kemana.. ?”

“tempat jual all about game en elektronik termurah se Asia tenggara!!!”

“di mana tuh?“

“GLODOK !!“

“Hah??“

Near yang enngak tau Glodok itu di mana.. akhirnya membiarkan Matt pergi begitu saja..

Singkat cerita Mello udah pulang nih..

“oy Near.. Matt mana ea?” tanya Mello sambil asik makan coklat..

“pergi ke glodok.“

“hah? Di mana tuh??“

“Tau..“

“ea udahlah.. ng.. gw pengen ikut pawai motor hias dalam rangka memeriahkan kemerdekaan neh.. lo jaga rumah bae - bae ea.. dadaaaaaaahh..“ Mello kissbye.. Near pengen muntah..

“ ………“

Mello pergi keluar..

Tidak lama kemudian..

“TIIIDDDAAAAAAAAAAAAAAAK!!!!” tiba2 Mello berteriak.

“ada apa sih??”.. Near bergegas keluar nyamperin Mello..

“oh tidak!!.. Kunci motor gw!! KUNCI motor gueeeeeee….!!!!” Teriak mello sambil lompat2 kayak sinterklas kebakaran jenggot..

“Mello tenang..” Near menggemgam kedua tangan mello..

“Ne..Near?...” muka mello langsung merah..

“tenang.. apapun yang terjadi dengan kunci motormu, aku akan selalu berada di sampingmu..“.. near berkata dengan lembut..

..mmm..

(apa ini?! Yaoi?!.. . untk menghormati pembaca cowok dan genre cerita ini memang bukan yaoi.. jadi bagian ini di SKIP.. :p)

“Kunci motor gw ke bawa matt..!!!”

“Oh“.

“Oh?! OOOOOOHH?!?!? Cuma itu yang keluar dari mulutmu?! Teman macam apa kau?!“ Mello lebay mode..

“eeh.. terus aku harus ngapain?“

“kunci motor gw itu Cuma ada satu-satunya di dunia!! Ah dasar si Matt begok!!.. Near! temenin gw nyusul matt ke glodok!“

“emang kamu tau glodok di mana?“

“KAGAK !!“

“beh..“

“Singkat cerita lagi Mello dan Near nyuruh para mafia en anggota SPK buat nyari tau glodok itu dimana.. akhrnya di ketahui glodok yang di maksud Matt itu terdapat di INDONESIA..

“hoo.. Indonesia.. Negara tetangga.. deket dong.. hayok near buruan!”

“iyah-iyah..”

Akhirnya mello dan near terbang menuju tempat yang belum pernah mereka kenal sebelumnya.. dimulailah petualangan mereka dari sini.. (alah..)

Sesampainya di bandara Soekarno Hatta..

“naaaahh… dari sini ke glodok pake apaan?“

“Mana ku tahu..”

“cih.. yaudah.. tak tanya costumer sevice lah..”

“mbak.. ke glodok caranya gimana yah??” (oh.. ternyata mello bisa bahasa indo..xd)

Mbak2 costumer service ke bingungan kok ada bule dateng2 nanyain glodok.. tapi karena tuntutan pekerjaan yang mengharuskan seorang costumer service bersikap ramah terhadap pelanggan.. seaneh dan seenggak normal apapun oarngnya.. (hoho.. author sotoy..) mbak costumer service itu menjelaskan cara menuju glodok dengan baik dan benar kepada mello..

Sesampainya di glodok..

“Gila! Manusia sebanyak ini.. gimana gw bisa nemuin matt?!”

“sabarlah.. “

“Okeh! Gunakan cara singkat, jelas, padat yang sesuai dengan EYD!”

“omongan lo ngaco..”

Mello pergi membeli toa dan segera kembali lagi ke sisi(?) Near..

“siap near??”

“yeah..”

“okeh!..”

Mello mendekatkan mulutnya ke Toa dan dengan segera berteriak..

“MAATT!! CEPAT TUNJUKAN DIMANA DIRIMUUUUUU.....!!!

MAAAAAAAAAAAAAAAAATTT…!!

GW BUTUH LO!!

SEKARANG JUGAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA…….!!!!“

Terikan mello sontak membuat geger satu glodok.. dari pada teriakan nyari orang.. kata2 mello lebih mirip omongan seorang cewe yang di tinggal kabur cowonya.. :p..

Tentu aja suara mello sampai ke telinga matt..

“waduh.. gw tau itu suara! Pasti si mello!.. ngapain dia ke sini?! Gawat neh.. firasat gw gak enak..Lagian malu-maluin banget si mello teriak2 begitu di depan umum.. dasar.. mending gw pura2 gak kenal dah…” Matt buru- buru nyari tempat sembunyi..

Di tempat mello dan near..

“gilaa.. mana neh Matt..?! suntuk gw nunggu lama – lama..“

“teriak lagee Meeell!!” .. walah.. Near malah ke asikan.. lol

“yosh.. MAAAAATT..!! KELUAR LO..!! KALO GAK… GW LEDAKKIN NEH SATU GLODOK!!“

“ o..ow..“

Matt yang sedari tadi ngumpet di kerumunan orang.. mulai takut..

( batin matt : Oh nooooooooo!!! Kalo nih glodok di ledakin.. di mana lagi gw beli ps murah?!?!...) .. “okeh.. deh.. gw nyerah gw kalah..

MELLOOOO...!! GW DI SINI...!!“.. teriak matt sambil mengibarkan bendera kuning..

“ naaah! Nongol juga dia!..”

“ alo matt..”

“Ngapain lu pada ke sini ??“

“Kunci motor gw! Balikin kunci motor gw!!”

“Hah? Kunci motor lu?”

“ea buruan!!”

“Gak ada di gw!! Kan seminggu yang lalu di pinjem ama near! Katanya dia maw blajar motor.. lupa lo?”

Mello speechles

repost from: yahoo answer

[cerita] death note: mello, selamat ulang tahun


12 Desember 2013, 09.00

Kamar Matt dan Mello.

"Matt, belikan aku coklat!" perintah seorang pemuda berambut blonde.

"Bukannya semalem sudah kubelikan 1 dus coklat untuk persediaan 2 minggu, Mells? Kau kemanakan semua coklat itu?" Matt mempause game nya dan menatap Mello dengan tatapan heran.

"Sudah kumakan habis." Jawab Mello enteng. Seakan memakan coklat sebanyak 1 dus dengan frekuensi 1 hari adalah hal yang biasa baginya, "Cepatlah, Matty. Apa kau tega membiarkanku tidak makan coklat selama sehari?" rayu Mello.

"Hari ini aku lagi malas membuat kekacauan dengan keluar tanpa izin, Mels." Jawab Matt sambil bermain PSP nya lagi.

"Ayolah, Matty. Demi aku~" Mello mulai mendekati Matt dengan tatapan memohonnya.

'Jangan pasang wajah seperti itu. Jika bukan karena perintah Light, aku akan membelikan coklat untuk mu.' Batin Matt saat melihat tatapan Mello. Ia benar-benar tidak tahan dengan tatapan itu.

"Matt?" tanpa Matt sadari, Mello sudah berada didepan wajahnya dengan jarak kurang dari 10 cm.

"E-eh, i-iya."

"Kenapa kau bengong?"

"Ti-tidak ada. Ehem. Aku tetap pada keputusan ku, Mels. Aku. Tidak. Akan. Membelikan mu. Coklat. Hari. Ini." Setelah menjawab dengan penuh penekanan, Matt keluar dari kamar. Meninggalkan Mello yang teriak-teriak mengancam akan membunuh Matt.

.

##

.

12 Desember 2013, 19.00

Ruang Makan

"Baiklah anak-anak, ini dia menu makan malam hari ini. Dan ini special untuk menyambut kalian berdua." Roger mulai menaruh steak di setiap piring anak-anak Wammy's House, termasuk piring Light dan L- ups, maksudnya piring Light saja. Sedangkan piring L sudah ditaruh sebuah cake coklat. Panda kan engga bisa makan daging.

L dan Light datang ke Wammy's House karena paksaan L. Manusia panda itu mengaku bahwa ia sangat kangen dengan suasana Wammy's House.

"Jadi, bagaimana menurutmu, Light-kun?" L bertanya sambil memasukan sepotong cake ke mulutnya.

"Apanya?"

"Mereka." L melihat ketiga bocah Wammy's yang tampak mencolok diantara yang lain, Matt, Mello, dan Near.

"Yah, aku pikir mereka cukup menarik. Terlebih bocah albino itu."

"Near?"

"Hmm, dia terlihat mirip sepertimu, L. Dingin, misterius, santai, dan tidak pandai bergaul. Oh, apa mungkin dia itu kembaranmu?" Tanya Light sedikit bercanda.

"Kembaran saya cuma Beyond Birthday, Light-kun." L tampak cemberut. Light hanya tertawa dan mengacak rambut L. Ia paling senang jika L mulai cemberut. Menurutnya, wajah L yang cemberut tampak sangat imut dimatanya.

"MATT!"

Light dan L serentak menolehkan kepala mereka ke sumber suara.

"Jangan berteriak, Mello." Matt menjawab dengan malas.

"Apa-apaan kau ini?! Kau sudah berani melawanku?! HAH!?"

"Aku tidak melawanmu, Mells."

"Lalu, kenapa kau tadi tidak menuruti perintahku?!"

"Kau kan punya kaki dan tangan. Kau bisa ambil coklat itu sendiri. Jangan karena coklatnya berada tepat disebelahku, maka kau seenaknya menyuruhku." Dan Matt pun berjalan keluar dari ruang makan tersebut. Yang lain menatap kedua sahabat itu dengan heran. Sejak kapan Matt berani membantah Mello?

"MAIL JEEVAS!" Mello pun berteriak sekuat yang ia bisa. Menumpahkan segala amarahnya dengan berteriak.

"Sepertinya ini sudah dimulai, Light-kun." L menoleh kearah Light.

"Iya. Dan jangan memberitahunya, L-chan~"

Cup~

"Eh?" L menoleh dan mendapati Light sudah kabur sehabis mencium pipi L.

Blush

"Kyaa! Light-nii mencium pipi L-san!" teriakan itu terdengar dari segerombolan anak perempuan yang melihat adegan tadi.

"LIGHT-KUN!"

.

##

.

12 Desember 2013, 21.00

Ruang Rekreasi

"Hahaha. Sebelum kau bersujud dan mengatakan 'Aku mengalah, Mello-san', maka aku akan menghancurkan robot-robotanmu ini." Ujar Mello sambil mulai merobohkan bangunan lego yang Near buat dan mengambil robot gundam yang terletak di lantai.

'Sepertinya Light-san salah memberi saya peran. Saya tidak tau harus berbuat apa sekarang.' Near tampak berpikir. Sedangkan Mello? Ia puas menghancurkan segala mainan kepunyaan Near.

Melihat Mello yang benar-benar nafsu untuk menghancurkan mainannya, Near pun menarik napas dan, "SUDAH CUKUP! APA MELLO-KUN TIDAK PERNAH MERASA KASIHAN TERHADAP SAYA?! KENAPA MELLO-KUN BEGITU KEJAM TERHADAP SAYA?!" Near pun mulai mengatur napasnya yang terputus-putus akibat berteriak tadi dan langsung keluar. Meninggalkan Mello yang berdiri mematung di ruang rekreasi, 'siapa tadi yang meneriakiku?' batinnya sedikit kaget mendapat teriakan dari Near. Yang ia tau, Near tidak akan marah sedikitpun walaupun ia ganggu seperti apapun.

.

##

.

Ctak

"Ada apa dengan mereka semua?" batin Mello. ia berjalan ke tempat tidurnya dan membuka buku yang barusan ia ambil dari meja kecil disamping tempat tidurnya.

"Apa mereka salah makan? Atau Roger memberi mereka racun sehingga otak mereka sedikit terganggu?" Mello mulai menebak-nebak dengan asal.

"Huh! Siapa peduli." Gerutunya, lalu mulai menutup seluruh wajahnya dengan buku dan melempar bungkus coklat kosong yang baru selesai dimakannya kesembarang tempat. Hari ini dia cukup lelah dengan semua tingkah laku anak Wammy's House, jadi dia memilih untuk masuk kealam mimpi daripada harus berurusan lebih lama dengan mereka.

.

##

.

12 Desember 2013, 23.00

Ruang Utama

"Matt-kun, jangan diletakkan terlalu dekat. Near-kun, L-kun, letakkan itu di oven selama 15 menit." Perintah pemuda berambut coklat madu kepada ketiga temannya.

"Jangan memerintah saja dong. Kau juga bantu." Gerutu Matt sambil menaiki tangga untuk memasang hiasan didinding.

"Aku sudah menyumbangkan ide dan dana, jadi kalian yang bekerja. Matt, geser sedikit." Intruksi Light sambil melipat kedua tangannya didepan dada.

"Light-kun, apa ini benar?" L berjalan kearah Light sambil membawa sebuah kue coklat. Disampingnya ada Near yang belepotan krim putih.

"Astaga! L Lawliet, Nate River, apa yang kalian lakukan dengan kuenya?!" teriak Light frustasi.

"Sesuai permintaanmu, kami memberi krim diatasnya." Jawab Near santai, sambil menunjukan kantong krim yang sudah kosong.

"Tapi bukan dengan cara ditumpahkan begitu saja. Lihat kuenya. Semuanya dipenuhi krim putih. Mello tidak akan mau memakan kue berkrim ini." Light semakin frustasi, "Kemarikan kuenya! Kalian berdua cukup duduk disofa saja!" Light langsung merampas kue dari tangan L.

.

##

.

"Hoam..." Mello merenggangkan tubuhnya, "Siapa yang masih terbangun jam segini?" gumamnya sewaktu melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 23.55. Seharusnya penghuni Wammy's House sudah terlelap sejak jam 10 tadi. Didera rasa penasaran, Mello pun turun dari kasurnya dan berjalan ke sumber suara yang menyebabkan ia terbangun dari alam mimpinya –ruang utama-.

Tap.

'Kenapa gelap begini?' batin Mello saat tiba di ruang utama. Mello pun mulai meraba-raba dinding untuk menemukan tombol lampu, dan-

Klik.

"OTANJOUBI OMEDETOU, MIHAEL KEEHL!" Mello terkejut saat L, Light, Matt, bahkan Near mengucapkan selamat ulang tahun untuknya.

"Kau kaget ya?" Matt berjalan kearah Mello dan mengacak-ngacak rambut blondenya, lalu dihadiahi death glare oleh sang empunya rambut.

"Ini semua ideku loh." Pamer Light, bangga.

"Dan berkat jasa mereka berdua, kami harus bekerja keras sebanyak 2 kali." Matt dan Light menunjuk 2 orang yang telah menghancurkan kuenya –Near dan L- sehingga Light harus membuat ulang kue tersebut dengan bantuan Matt agar siap tepat waktu.

"Tu,tunggu. Apa hari ini aku berulang tahun?" Tanya Mello dengan polosnya.

"Mello-kun lupa hari ini tanggal berapa?" ucap Near sambil mulai menyusun lego ditengah ruang utama tersebut.

"12 Desember kan?"

"13, pirang!" bentak Light kesal.

"Jangan membentakku, KIRA!" balas Mello.

"Light-kun, Mello-kun, bisa kalian tenang sedikit?" L akhirnya melerai pertengkaran tersebut sebelum mencapai tahap serius.

"Baiklah~" Light memilih mengalah daripada ia harus melawan perintah sang uke.

"Light-san."

Light menoleh saat namanya dipanggil, dan mendapati Near sudah berdiri tepat dibelakangnya sambil menarik ujung bajunya.

"Boleh saya makan kuenya?" tunjuk Near pada kue coklat yang dihiasi 5 lilin diatasnya.

"Tidak, Near. Yang pertama memakannya harus Mello." jawab Matt yang mendengar pertanyaan Near.

"Tapi, L-san sudah memakannya duluan." Sekarang telunjuk Near beralih ke pemuda panda yang sedang sibuk memakan kue coklatnya. 2 pemuda dengan surai coklat madu dan merah hanya sweatdrop melihat L dengan santai memakan kue coklat tersebut. Hey, sebenarnya siapa yang berulang tahun disini?

##

END

.

.

.

Omake

Cklek.

"Eh?" Light memungut coklat –yang tidak lebih besar dari sebuah koin- tergeletak didepan pintu kamarnya.

"Ada apa Light-kun?" Tanya L saat ia melihat Light berdiri didepan pintu kamar.

"Apa kau tau siapa yang meletakkan coklat ini di depan pintu kamarku?" Tanya Light sambil menunjukkan coklat tersebut.

"ng? aku juga mendapatkan coklat tersebut." L menunjukkan coklat yang ukurannya hamper sama kepada Light.

Light tampak diam, lalu ia pun tersenyum miring saat sudah menemukan pelaku yang meletakkan coklat didepan kamarnya dan kamar L, kemungkinan didepan kamar Near dan kamar Matt-pun diletakkan coklat yang seukurannya hanya sebesar koin tersebut, 'Apa dia tidak bisa berterima kasih secara langsung?'

##

'Tinggal kamar Near yang belum.' Batin pemuda beriris biru langit tersebut. Saat ia hampir tiba di kamar Near, ia langsung berbalik arah dengan wajah pucat,

'Kenapa mereka ada disana?' batinnya panic.

"Hey, tidak jadi meletakkan coklat tersebut dikamar Near? Padahal Near juga ikut membantu loh, Mells." Tanya pemuda berambut merah sambil memegang pundak Mello agar tidak lari. Sedangkan Mello, wajahnya semakin pucat dan keringat dingin. Dibelakang Matt, Light dan L sedang menahan tawa melihat Mello yang salah tingkah karena rencananya ketahuan.

##

REAL END

repost from: fanfiction

[cerita] death note: sakit gigi

L sedang melirik tumpukan kertas dan sebuah laptop yang menjadi temannya sehari hari itu diatas meja.

"Err…" pikirnya sambil meletakkan jempolnya ke ujung bibirnya. Ia pun menengok kebelakang.

"Light-kun kau terlambat" sahutnya pada sosok pemuda yang berdiri di depan pintu itu.

"Maaf L, tapi tadi aku disuruh Watari untuk memberikan bungkusan ini padamu!" jawab pemuda yang bernama Light Yagami itu sembari memberikan bungkusan kepada L.

"Terima Kasih Light-kun, Hmm.. apa ini yaa?" sahut L sambil menerima bungkusan dari Light dan membukanya, isinya? Isinya adalah makanan kesukaan L yaitu cake strawberry.

"Ah.. Watari sangat mengerti aku~" puji L sambil memakan cakenya dengan napsunya*?*.

"L.. cepat habiskan makananmu dan kita akan segera kerja dan menyelidiki kasus Kira secepatnya!" perintah Light, dan Light pun langsung mengambil laptop dan menonton video disana, dan yang pasti bukan video mesum loh.

"Light-kun" panggil L.

"Apa?" sahut Light tak menghadap L, matanya masih tertuju pada laptopnya.

"Light-kun mau cake ini? Enak loh.. manis sekali" tanya L memperlihatkan cake yang tinggal separo pada Light. (Jiah.. dikasih separo doang)

"Tidak terimakasih.." jawab Light sambil terus melihat video yang ada di laptopnya.

"Hmm.. Yasudah, berarti ini rejeki*?* buatku!" sahut L bangga dan langsung menghabiskan cake nya sekali kucek -emang rins*-

Sekarang L telah menghabiskan cake yang super manis itu. Ia pun melihat Light dengan tatapan mesra, eh.. tatapan biasa dan langsung mengikuti jejak Light, L pun mulai mengetik lagi.

Keheningan malam menyelimuti kedua pria itu. Jam bergerak menunjukan pukul 01:00 malam. Tapi, rasa kantuk sepertinya tak akan menyerang mereka berdua karena kalo menyerang, bisa-bisa namanya ditulis di Death Note lagi.

Duo orang dengan nama berhuruf*?* L itu masih saja bekerja di keheningan malam, disaat pemuda-pemuda seumuran mereka tidur lelap, mereka malah bekerja. Benar-benar calon suami*?* yang baik.

~^000^~

"Ouhh…"

"Ahh~"

"Ashh~"

Semakin malam terdengarlah desahan –coret-mesra-coret- seorang pemuda yang namanya adalah L. Apa ya yang terjadi dengan L?

"L.. kau tak apa?" tanya seorang pemuda berambut madu coklat, Light. Sepertinya Light kawatir apakah yang terjadi pada L, apakah L mendesah karena ia sedang menonton video porno di laptopnya?

'Ya ampun L.. apakah yang terjadii denganmu, atau.. jangan-jangan kau menonton video porno ari**, lun**, dan cut ta** yang sedang marak dipasaran? Ih.. tenang Light, tenang.' Bisik Light dalam hatinya sendiri. Light tak berani melihat apa yang sedang dilihat L dalam laptopnya itu.

Sementara orang yang dibicarakan Light dalam hatinya tetap tenang-tenang saja dan tetap terus melihat layar laptopnya. Namun, L semakin mendesah kuat. Sedang apa ya?

"Light-kun" panggil L.

"Heng.. ada apa L?" sahut Light dengan menatap mata L yang tetap tertuju pada laptopnya. Light jadi semakin penasaran apa yang sedang dilihat L.

"Light-kun, Ahh~" panggil L lagi, kali ini terdengar suara desahan.

Light pun makin penasaran dan sepertinya akan memberanikan diri bertanya pada L, apa yang sedang dilakukannya sampai-sampai mendesah begitu.

"L! Apa sih yang sedang kau lakukan? Kenapa kau terus mendesah begitu? Jangan-jangan kau nonton video porno ya?" teriak Light, sembari menunjuk-nunjuk Laptop L yang tak berdosa.

"Sabar Light-kun, sabar!" pinta L dengan mata yang masih tertuju ke laptopnya. (gak sopan)

"AHHH! L, sebenarnya apa yang kau lakukan?" jerit Light makin kencang karena rasa penasaran seorang Light yang begitu hebat.

"Light-kun.. ahss ," sahut L.

"APAAA?" Light pun tak sanggup menahan rasa ingin tahunya ia pun bangkit dan menggoyang-goyangkan bahu L.

"Sabar Light-kun" kali ini L serius memandang mata Light yang menjadi merah karena sakit mata. *bunuhed*

"Aku Cuma… sakit gigi! Ahhhss~" sahut dan ia pun mendesah panjang karena giginya sakit sekali.

Light yang mendengar pengakuan L menjadi cengo. Ternyata L Cuma sakit gigi karena sepertinya ia terlalu banyak makan makanan yang super manis.

-Tamat dengan Ending yang Gaje-

repost from: fanfiction

[cerita] naruto: perlu lebih dari seorang jenius


Perang dunia shinobi ke empat baru saja berakhir, kemenangan jatuh pada pasukan aliansi shinobi. Namun semua itu harus dibayar dengan harga yang mahal. Uchiha Sasuke, keturunan terakhir klan Uchiha tersebut menghembuskan napas terakhirnya di medan perang.

Shikamaru's POV

Aku melihatmu duduk bersimpuh disamping jasadnya, tidak ada air mata yang keluar dari kedua matamu. Semuanya terasa begitu mendadak. Serangan terakhir Uchiha Obito menuju kearah Sasuke tanpa dapat dicegah oleh para lima kage dan Hokage edo tensei yang sedang melawan Obito, serangan itu menghantamnya dengan telak dan menyebabkannya meninggal dunia.

Rasanya lebih baik melihatmu menangis meraung-raung seperti Ino yang sedang ditenangkan oleh Chouji. Melihatmu seperti melihat tubuh tanpa jiwa. Seakan jiwamu ikut terbawa pergi bersama kematian dia.

Aku tahu seberapa besar kau mencintainya, hey bahkan tidak perlu menjadi seorang jenius untuk mengetahui hal itu.

Dulu saat di hutan kematian aku melihatmu yang begitu cerobohnya berlari mendekat kearah Sasuke yang sedang terpengaruh kutukan Orochimaru yang mempunyai kemungkinan untuk menyerangmu, dan memeluknya dari belakang sampai tanda itu hilang dengan sendirinya.

Disaat semua orang bilang mungkin kau hanya mengalami kekaguman pada Uchiha bungsu tersebut, aku tahu kau mempunyai rasa lebih dari itu setelah melihat kejadian itu.

Dan disaat Sasuke meninggalkan desa, aku tahu sebelumnya kau telah berbicara dan mencoba meyakinkannya untuk tetap tinggal pada malam itu. Karena disaat aku mendapatkan tugas untuk memimpin misi untuk membawa Sasuke kembali disana ada seorang ANBU yang melapor kepada Tsunade-sama ia telah menemukanmu tak sadarkan diri di sebuah bangku di dekat gerbang desa.

Disaat aku dan teman-teman yang lain akan berangkat untuk menjalankan misi untuk membawa Sasuke kembali, kau datang ke gerbang desa dengan wajah yang begitu sendu. Dengan berurai air mata kau juga meminta Naruto berjanji untuk membawa Sasuke kembali. Janji seumur hidup, itulah kata-katamu.

Disaat itu akupun meyakini diriku sendiri untuk berhasil dalam misi ini. Entahlah, ketika melihat wajahmu yang seperti itu membuatku merasa tidak nyaman. Dan rasa itu sungguh merepotkan.

Saat aku kembali dari misi itu dan gagal aku melihatmu yang sedang menjenguk Naruto yang terluka cukup parah dan harus di rawat di rumah sakit. Saat itu Naruto meminta maaf kepadamu karena tidak bisa membawa Sasuke kembali, kau memperlihatkan senyummu dan berkata kenapa harus meminta maaf. Namun aku tahu senyummu itu palsu.

Setelah tiga tahun kepergiannya pun kau tidak melupakannya begitu saja. Ketika Konoha memutuskan untuk membunuh Sasuke karena penculikannya terhadap adik dari Raikage yaitu Killer Bee yang di dalam tubuhnya terdapat Hachibi, karena Konoha tidak akan mengambil resiko untuk perang dengan Kumogakure.

Aku melihat Ino yang menangis terisak di depan teman-teman angkatanku. Ketika itu aku terus berpikir bagaimana denganmu? Aku tahu kau dan Ino selalu bersaing memperebutkan Sasuke saat masih genin dulu. Dan aku juga tahu Ino telah melepaskan Sasuke. Melihat Ino yang sudah melepaskan Sasuke saja menangis terisak seperti itu lalu bagaimana denganmu?

Saat itu juga aku mendapatkan amanat untuk memberitahu kabar ini kepadamu, aku berjalan ke arah tenda dimana tempat Tsunade-sama di rawat karena waktu itu kondisi Konoha belum pulih sehabis penyerangan Pain. Saat itu aku mendengar percakapanmu dengan Sai. Aku mulai mendengar isakan tangismu karena Sai menjelaskan pengorbanan Naruto untuk Sasuke.

Aku tahu ini sangat berat untukmu, namun aku juga harus menyampaikannya. Aku masuk ke tenda itu dan menjelaskan padamu bahwa Sasuke sekarang sudah menjadi ancaman dan Konoha harus bertindak. Dan aku meminta persetujuanmu, namun kau menghentikan ucapanku dan kau bilang kalau kau yang akan menjelaskan semuanya pada Naruto.

Aku tidak menyangka dengan begitu bodohnya kau menghadapi Sasuke sendirian setelah itu, kau bahkan hampir dibunuhnya. Untung saja Kakashi-sensei datang tepat waktu. Kalau tidak mungkin aku juga akan menyesal.

Saat peperangan berlangsung dan Sasuke kembali, aku melihat kebahagiaan lagi dimatamu. Aku bersyukur, walaupun aku sedikit tidak suka, aku melarang Ino mendekatinya dan mengingatkan kalau dia penjahat. Tapi siapa sangka setelah lama membelot akhirnya dia kembali berpihak pada Konoha.

Selama pertarungan berlangsung banyak pertanyaan yang muncul karena Sasuke ingin membakar habis semua bijuu sedangkan Naruto ingin menyelamatkan mereka. Ditengah hiruk pikuk medan perang aku masih bisa mendengar suaramu yang berbicara kepada Sai. Sai mempertanyakan apa sebenarnya tujuan Sasuke dan ia bilang ia tidak dapat mempercayainya. Sedangkan kau bilang kau senang dia kembali dan mempercayainya dengan disertai senyuman yang sama disaat kau berada di Rumah Sakit ketika Naruto dirawat setelah misi membawa Sasuke kembali, senyum palsumu.

End of Shikamaru's POV

Di tengah raungan Ino, isakan Naruto dan Rokie-12 lainnya Shikamaru termangu menatap Haruno Sakura yang masih tidak bergeming di tempatnya sejak tadi. Hatinya terasa teriris kunai melihat Sakura seperti itu.

Sebuah tepukan di bahu menyadarkan Shikamaru dari lamunannya.

Chouji yang tadi sedang menenangkan Ino sekarang sudah ada di sampingnya, Shikamaru bahkan tidak menyadari sekarang Ino sudah berpindah tempat dan berada di dekapan Tenten. Sedangkan Naruto sudah rubuh ke tanah dengan kedua lututnya sebagai tumpuan, dan disampingnya ada Hinata yang mencoba menenangkannya dengan cara mengelus bahunya yang bergetar secara perlahan.

"Sampai kapan kau akan seperti ini Shika?"

Shikamaru menautkan alisnya, meskipun ia jenius tapi ia tidak mengerti arah pembicaraan Chouji kali ini.

"Sudah tiga tahun kau memperhatikannya dalam diam, kau pikir aku tidak menyadarinya?"

Shikamaru hanya mendengus mendengar perkataan Chouji yang terkesan menyindirnya.

"Bahkan butuh lebih dari seorang jenius untuk menyadari bahwa kau sudah jatuh cinta padanya? Jangan membuatku tertawa Shika," Ujar Chouji sarkastik.

Jatuh cinta eh? Shikamaru akui walaupun kunoichi pink itu sering mengusik pikirannya tapi kata itu tidak pernah terlintas dalam benaknya.

Ia tahu ia sering- ahh terlalu sering memperhatikan Sakura, bahkan lebih dari Ino yang notabennya rekan satu tim nya. Namun jauh di dalam lubuk hatinya ia membenarkan perkataan Chouji.

Chouji melirik rekan satu timnya yang terlihat sedang merenung, ia kembali buka suara,

"Shika tidak inginkah kau mengatakan sesuatu padanya?"

Shikamaru hanya membalas omongan Chouji dengan senyumannya dan bergumam arigato.

Shikamaru menghampiri Sakura yang masih termenung di samping jasad yang sudah terbujur kaku itu. Tidak ada pergerakan sama sekali. Seolah ia bukan bagian dari dunia itu.

Dengan perlahan Shikamaru duduk disamping Sakura dengan bertumpu pada salah satu lututnya. Ia memegang bahu Sakura dan berhasil membuatnya menoleh. Lalu ia berkata,

"Menangislah,"

Seperti sebuah mantra air mata Sakura mulai turun, awalnya memang tidak ada isakan, namun semakin lama terdengar jeritan pilu dari mulutnya. Shikamaru segera merengkuh Sakura ke dalam pelukannya. Jeritan Sakura tertahan di rompi Jounin yang dikenakan Shikamaru. Shikamaru mendapati bajunya yang basah karena air mata Sakura. Namun ia tidak melepas rengkuhannya pada Sakura.

Mendengar jerit pilu yang dikeluarkan Sakura semua orang disana menatpnya dengan iba. Bahkan sekarang Ino sudah berhenti menangis. Gadis didepan mereka seperti bukan gadis berkekuatan monster yang bisa meluluh lantakan sebuah lapangan dalam sekejap mata. Gadis itu hanya seorang gadis yang rapuh dan menyedihkan.

Setelah tidak mendengar isakan lagi Shikamaru melonggarkan rengkuhannya dan melihat keadaan Sakura. Sakura tertidur, dengan jejak air mata yang masih tampak jelas di wajahnya yang terlihat begitu kelelelahan dan sedih.

TBC/FIN

repost from: fanfiction

[cerita] one piece: thriller bark scene


Zoro berjalan santai menuju makam yang sedang dibuat oleh Usopp, Chopper dan Franky untuk tulang-belulang teman-teman Brook. Ia menatap jalan setapak di depannya. Ia tahu ia mungkin sedang tersesat sekarang. Tapi, ia sedang tidak peduli apa akan tersesat atau tidak. Sejauh mata memandang, ia bisa melihat banyaknya pepohonan di samping kiri dan kanannya. Kepalanya terasa sedikit berdenyut, dan menghirup udara segar pepohonan cukup membuatnya merasa lebih baik. Ia berhenti sejenak menutup mata dan merasakan semilir angin yang berhembus membelai wajahnya dan memainkan rambut hijaunya perlahan. Ia mengambil pedang yubashiri dari sarungnya dan memandang pedang patah tersebut sejenak, ia sudah memutuskan untuk mengubur pedang tersebut di pulau ini. Pulau berjalan Thriller Bark.

"Apa yang akan kau lakukan pada pedang itu?" Zoro tersenyum tipis mendengar suara Robin, rasanya tidur beberapa lama membuatnya rindu akan suara wanita dengan rambut raven itu.

"Menguburnya. Dia sudah tak bisa kugunakan lagi," Zoro menyarungkan kembali yubashirinya. Ia lalu berbalik dan menatap Robin. "Apa yang kau lakukan di sini? Mengikutiku?" Suara Zoro terdengar tajam. Ia menatap Robin datar.

"Aku takut kau tersesat," Robin juga menjawab datar, dan tanpa senyum. Zoro mngernyitkan dahinya, terlihat bingung. Robin berjalan ke arahnya dan berdiri tepat di depannya. "Kukira ada yang ingin kau katakan padaku?"

Zoro mengernyit heran. Robin meletakkan tangannya di dada Zoro. Merasakan luka di balik baju dan perban yang membelit tubuh Zoro. Ia meringis kecil mengingat darimana asal luka tersebut. Zoro meraih tangan Robin di dadanya, ia menatap Robin yang masih menatap datar dadanya, "Apa yang kau maksut Robin?"

"Apa rasanya sakit?" bukannya menjawab pertanyaan Zoro, Robin justru bertanya hal yang lainnya. Zoro tersenyum tipis. "Tidak begitu sakit lagi."

Robin menghela nafas pendek. Ia menatap dalam mata Zoro. Menyelami lautan hitam dalam matanya. Mencari kebohongan yang disimpan oleh pria nomor dua di kelompok bajak laut Topi Jerami itu. Dan ia tahu bahwa pendekar aliran santouryu itu berbohong padanya, ia tahu bahwa rasa sakit yang dirasakan Zoro jauh lebih parah dari luka-lukanya sebelumnya. Robin kembali menghela nafas.

"Jangan khawatirkan aku, aku baik-baik saja." Zoro berkata seakan tahu apa yang ada di pikiran Robin. Diraihnya kepala Robin dan dibelainya lembut rambut raven sebahu Robin. Merasakan helai demi helai rambut wanita yang lebih tua 9 tahun itu melewati jari-jemarinya.

"Kau melarangku untuk mengorbankan diri, tapi kau sendiri?" Robin membelai lembut dada Zoro yang terluka parah kata Chopper. Ia menahan nafas seakan merasakan sendiri sakit dari luka itu, "Kau menerima semua luka ini, padahal kau bisa saja mati..."

Zoro terdiam. Ia tak tahu darimana Robin bisa tahu, dan ia tidak berniat untuk tahu. Ia meraih dagu Robin, dan menghentikan tangan Robin yang sedari tadi mengelus dadanya dan menggenggam tangan Robin di dalam tangannya. Ia tatap dalam-dalam mata biru kelam mata arkeolog itu. Ia tempelkan keningnya di kening Robin, sehingga membuat hidung mereka bersentuhan. Nafas keduanya seakan menyatu, hangat dan memburu. Robin menutup matanya, menanti apa yang akan dilakukan sang pendekar pedang kelompok topi jerami itu. "Aku tak ingin kau terluka, dan sebagai pendekar, aku punya tanggung jawab lebih untuk melindungi semua temanku, terutama kaptenku."

Zoro mendekatkan bibirnya ke bibir Robin, mengecup pelan bibir tipis yang lembut itu. Ia mulai mengulum lembut bibir Robin dalam mulutnya. Meminta lebih dengan sedikit menjilat bibir Robin. Dalam lima menit keduanya tenggelam dalam kehangatan masing-masing. Tak menghiraukan angin sepoi-sepoi yang berlalu lalang di tengah keduanya, membelai lembut kedua kru Topi Jerami itu dengan angin dingin khas Thriller Bark.

Setelah akhirnya oksigen menjadi kebutuhan di tengah-tengah french kiss itu, keduanya akhirnya melepaskan leletan lidah keduanya. Masih dalam keadaan kening dan hidung yang bersentuhan serta nafas tersengal, mereka berdua menarik nafas dalam-dalam, mengisi paru-paru yang seakan terasa kosong.

"Kau harus berjanji padaku, jangan sampai mati, kumohon berjanjilah," Robin menunduk, menghindari kontak mata dengan Zoro. Matanya terasa panas. Airmatanya sudah ingin keluar, tapi ia mencoba menahannya. Zoro meletakkan kedua tangannya di sebelah wajah Robin.

"Aku tidak akan mati, aku janji."

repost from : fanfiction

[cerita] one piece: zoro ( a - z )


A

Ahou (bodoh)

Hampir semua anak-anak Mugiwara pernah memanggil Zoro dengan kata 'ahou'. Ya, hampir. Karena ada 1 orang dalam Mugiwara no ichimi yang TIDAK PERNAH memanggilnya dengan sebutan tersebut.

"Kenapa kau tidak pernah memanggilku ahou?" tanya Zoro suatu ketika pada Robin.

"Mmhhmm... Kenapa ya..." ujar Robin dengan senyum manisnya yang seakan menggoda pria berambut hijau itu.

"..." yang alhasil membuat pengguna aliran santoryuu itu memerah.

"Soalnya dari luar sudah kelihatan kok."

~oOo~

B

Buku

Zoro tidak pernah menyukai buku, apalagi pergi ke perpustakaan. Kalau pun dia pernah baca buku pastilah hanya tentang daftar para bounty yang akan dia tangkap, karena itulah pekerjaannya dulu seorang kaizoku gari.

Tapi sekarang ini, dia sering pergi ke perpustakaan yang ada dalam Thousand Sunny. Bukan untuk mencari atau membaca buku, melainkan untuk melihat sesosok wanita berambut hitam panjang yang sedang membaca buku dengan tenang.

"Wah wah... Ada perlu apa kau kesini, Zoro?" tanya Robin mengalihkan pandangannya dari buku yang sedari tadi dibacanya.

"N-nggak... I-itu... A-aku Cuma..." Zoro gelagapan mencari-cari alasan. Sedangkan yang bertanya pun hanya membalasnya dengan tatapan 'aku-tahu-kok-kenapa-aku-kemari.'

~oOo~

C

Cewek

Sewaktu kecil, Zoro mempunyai seorang teman cewek bernama Kuina. Tapi, sejak kematian 'rival'nya tersebut, Zoro tidak mau lagi berurusan dengan cewek lain.

Karena dia ingin mewujudkan cita-citanya dan Kuina untuk menjadi ahli pedang nomor satu didunia.

Tapi, sejak bertemu dengan Robin, entah kenapa dan bagaiman perlahan-lahan dia mau membuka hatinya untuk gadis arkeologi itu.

~oOo~

D

Devil Fruit

Selama 21 tahun dalam hidupnya, Zoro jarang bahkan tidak pernah mendengan seorang wanita memakan buah iblis.

Tapi, setelah menjadi bajak laut selama 2 tahun ini, akhirnya dia menemukan seorang wanita pemakan buah Hana Hana. Dia adalah Nico Robin.

"Sejak kapan kau memiliki kekuatan dari Hana Hana no mi itu?"

"Entahlah. Mungkin sewaktu aku masih bayi..." canda Robin.

"... Hah?"

~oOo~

E

Enel

Diantara semua petualangan dan pertempuran mereka selama 2 tahun yang silam, Zoro tak akan pernah lupa tentang kejadian di Skypiea.

Ya, saat it, Zoro, Robin, Wiper dan Gan Fall tengah bersiap untuk menghadapi Enel. Dan di saat itulah, Enel dengan sengaja menyerang Robin dengan kekuatan akuma no mi miliknya hingga menyebabkan Ms. All Sunday itu terluka parah.

Untung saja dengan sigap dan reaksi cepatnya, Zoro dapat menangkap tubuh Robin sebelum terjatuh ke tanah. Dan saat itulah, amarahnya tak terbendung lagi dan dia langsung menyerang Enel.

~oOo~

F

Feeling

Setiap hari Zoro selalu berlatih di Crow Nest agar dirinya menjadi semakin kuat untuk melampaui 'Taka no Me' Mihawk.

Tapi, 2 tahun kemudian, dia memiliki 'pekerjaan' selain itu, yaitu merahasiakan perasaanya dari seorang gadis berambut hitam dan dari seorang baka senchou.

"Zoro, dari tadi kau memperhatikan Robin ya?"

"U-URUSAI BAKA!"

~oOo~

G

Gym

Siapa yang akan menyangka kalau Crow Nest yang merangkap tempat gym pribadi milik Zoro ternyata memiliki kegunaan yang lain.

Yup, karena ditempat gym inilah mereka berdua secara diam-diam bertemu di malam hari.

Dimana Robin akan keluar diam-diam dari kamarnya dan pergi ke tempat 'pertemuan' mereka. Dan disana dia akan mendapati si ahli pedang yang tengah menunggunya.

"Gomenasai, kalau aku mungkin agak telat," maaf Robin.

"Nggak kok. Lagian aku juga baru terbangun."

~oOo~

H

Home

Pertama kali Robin bergabung dengan Mugiwara Kaizoku-dan, dia pernah bilang bahwa dirinya tidak memiliki tempat untuk pulang.

Tapi, bagi Zoro dan nakama lainnya, tempat Robin adalah disini, di Mugiwara Kaizoku-dan.

~oOo~

I

Iri

Seorang seperti Zoro bisa iri?! Sepertinya lautan akan kiamat bila mendengar tentang hal ini.

Tapi begitulah faktanya.

Lalu, apa yang di-iri-kan oleh seorang dengan kepala seharga 120 juta beri ini?

Ternyata, dia sangat iri pada rivalnya sendiri, si ero-cook (walaupun dia tidak mau mengakuinya).

Kenapa? Karena Zoro tidak bisa mengatakan perasaanya pada Robin seperti yang dilakukan Sanji.

~oOo~

J

Joke

Zoro dan Robin. Kedua nakama ini paling dikenal akan bawaannya yang selalu diam dan juga jarang bercanda.

Tapi saat Zoro berbicara segala sesuatu tentang Robin, itu semua bukanlah sebuah candaan.

~oOo~

K

Kiss

"Zoro pernah ciuman nggak?" tanya sang baka senchou-nya tiba-tiba. Yang ditanya pun hanya bisa pasrah karena terbangun dari tidur lelapnya di dek rumput.

"K-kenapa kau tanya hal begituan sih? Apa kau salah makan tadi?" Luffy menggaruk-garuk dagunya yang sebenarnya tak terasa gatal dan memasang wajah seolah berpikir.

"Mm... Nggak! Tapi kenapa wajah Zoro memerah?" ucap Luffy blak-blakkan sambil mengarahkan jari telunjuknya ke wajah Zoro.

"B-bukan apa-apa! Sudah, aku mau tidur lagi!" Zoro pun 'cabut' dari tempatnya tadi dan segera menuju ke gym.

Tanpa Luffy tahu bahwa Zoro sebenarnya pernah ciuman (tidak hanya SEKALI) dengan Robin.

~oOo~

L

Luffy

Zoro tahu ini semua suatu saat pasti akan terjadi. Dan akhinya terjadi juga. Yaitu, rahasianya terbongkar!

Ya... Dan semua itu berkat senchou-nya yang dengan tidak sopannya berteriak menggunakan TOA yang dibelinya dari pulau sebelumnya.

"OI... MINNA~... ZORO UDAH JADIAN DENGAN ROBIN!" teriak Luffy dari kepala Sunny-gou dengan TOA barunya dengan senyuman super innocent-nya.

"NAAANNIIII?! SI MARIMO ITU?! NGGAK MUNGKIN!"

Itulah respon dari si koki kapal yang langsung memulai perang seperti biasa dengan Zoro. Sedangkan yang lain hanya menanggapinya dengan ber-oh-ria (minus Brook yang ber-yohohoho-ria).

Tapi, ketika Luffy 'teriak' lagi, semua orang menjadi terdiam dari aktifitasnya, seakan waktu telah terhenti.

"Ngomong-ngomong, selain itu, aku sudah jadian dengan Nami. Shishishishi..."

.

.

.

.

.

.

.

.

"... EEEEEEEEHHHHHH?"

~oOo~

M

Marah

"Zoro pernah marah nggak?" tanya Luffy seakan nggak kerjaan.

"... Entahlah," jawabnya enteng.

"Kalau sama Robin pernah nggak?" dan akhirnya si manusia karet itu menerima bogem mentah dari ahli pedangnya karena suka bertanya hal-hal yang tidak-tidak.

~oOo~

N

Nap

Setiap hari, setiap jam, setiap menit, dan setiap detik pastilah kita bisa menemukan sang santoryuu kenshin yang sedang tertidur lelap di dek sambil memeluk ketiga pedangnya.

Tapi, setelah 2 tahun ini, dia mulai terkena penyakit bernama insomnia alias tidak bisa tidur.

Karena tiap detik yang sering digunakannya untuk tidur itu kini digantikannya dengan memerhatikan seorang nakamanya.

Sang arkeolog berambut hitam panjang yang memakan Hana Hana no mi. Dialah Nico Robin.

Entah kenapa, setelah 2 tahun mereka berpisah, Zoro mendapati wanita itu semakin cantik. Sampai-sampai membuat dirinya tidak bisa mengalihkan pandangannya dari wanita yang jauh lebih tua darinya itu.

~oOo~

O

Onna (wanita)

2 tahun lalu, Zoro selalu memanggilnya dengan 'onna'. Karena dulunya dia adalah musuh mereka, Ms. All Sunday.

Robin pun dulu hanya memanggilnya dengan sebutan 'kenshin-san'. Jadi setidaknya mereka impas.

Tapi, setelah kasus Enies Lobby, dia akhirnya mengerti kenapa Robin memanggilnya begitu agar bisa menjaga jarak dari dirinya.

Karena Robin tahu betul, bahwa dia tidak bisa menyembunyikan segala sesuatu dari 'kenshin-san'nya itu.

Termasuk perasaannya selama ini.

~oOo~

P

Pirate

Sewaktu kecil, Zoro tidka pernah membayangkan dirinya untuk menjadi seorang bajak laut seperti sekarang. Karena sebelum dia bergabung dengan Luffy, dia adalah seorang bounty hunter.

Setidaknya dia tidak menyesal menjadi bajak laut dengan bounty yang lumayan, 120 juta beri. Karena dia bisa bertemu dengan orang yang ingin dilampauinya, 'Taka no me' Mihawk.

Juga, dengan menjadi bajak laut, dia bisa menemukan orang yang sangat disayanginya. Dan wanita beruntung tersebut adalah Nico Robin.

~oOo~

Q

Quit

Saat Robin keluar dari Mugiwara no ichimi, nakama-nya sangat terpukul. Apalagi saat Zoro mengetahui kalau Robin mengorbankan dirinya demi menyelamatkan nakama-nya. Zoro seakan tidak menerima hal itu.

Dia pun bertarung sekuat tenaganya demi menolong Robin. Bahkan sampai-sampai memiliki jurus baru dengan tujuan menyelamatkan Robin dari pemerintah dunia.

Hingga akhirnya mereka semua berhasil mengumpulkan semua kunci untuk membebaskan Robin dari belenggu kairoseki yang menahan kekuatannya dan membawa kembali nakama mereka pulang.

~oOo~

R

Romance

Semua pastilah tahu kalau sang Roronoa Zoro itu tidak memiliki pengalaman dengan yang namanya CINTA.

Ya, karena dipikiran santoryuu kenshin itu hanya tentang bertarung dan berlatih pedang demi mencapai cita-citanya.

"Zoro cinta sama siapa?" tanya Luffy dengan tampang 'aku-anak-super-innocent-yang-nggak-tahu-apa-arti-perkataanku-barusan.

"Hah?! Maksudmu?" balas Zoro denga wajah super aneh.

"Lalu, kenapa kau sering perhatikan Robin?"

JLEB

Jantung Zoro seakan ditembak dengan beribu panah saat mendengar penuturuan pemilik kepala seharga 400 juta beri itu.

Tanpa mereka sadari seorang wanita yang sedari tadi mereka bicarakan ternyata mendengar semua percakapan mereka itu dengan wajah tersenyum.

~oOo~

S

Sick

Kru Mugiwara tengah bersantai di dek rumput seperti biasanya.

Brook sedang memainkan biola kesayangannya.

Franky memamerkan pose barunya pada Usoop, Chopper, dan Luffy hingga mata si trio tersebut berbinar-binar.

Robin dan Nami duduk santai di kursi tiang utama sambil memakan cemilan yang disajikan sang koki kapal.

Dan terakhir si ahli pedang berambut hijau yang suka tersesat sedang duduk bersandar di pinggir dek seperti biasanya denan memeluk ketiga pedangnya.

Bedanya kali ini Zoro tidaklah tidur, melainkan masih terbangun 100% seakan baterai matanya masih terisi penuh.

Matanya hanya tertuju pada sesosok wanita berambut hitam yang sedang mengobrol dengan teman wanita satu-satunya di kapal ini.

Menyadari bahwa dirinya memperhatikan Robin dari tadi, wajah Zoro langsung memerah. Untung saja si love-cook itu berada di dapur. Kalau dia sampai ada di sini, pastilah Zoro akan kepergok mentah-mentah karena memperhatikan sang 'Robin-cwan'nya.

Tapi, hari ini Zoro lengah. Karena dia tak menyadari kaptenya yang tengah menghampiri Nami dan merengek-rengek entah meminta apa pada sang navigator.

Dan Luffy yang tak sengaja melihat Zoro yang sedang memperhatikan Robin lalu tiba-tiba teriak.

"ZORO, KENAPA WAJAHMU MEMERAH?! JANGAN-JANGAN KAU SAKIT KARENA LIHATIN ROBIN TERUS YA?!"

BRAK

~oOo~

T

Tua

Biasanya, kalau pacaran si prialah yang lebih tua dari si wanita. Tapi, sepertinya dunia berkata lain untuk pria berambut hijau ini. kenyataannya dia menyukai (dan sekarang backstreet) dengan wanita yang berumur jauh lebih tua darinya.

"Ne, Zoro, kau suka wanita yang lebih tua atau muda?" tanya Usopp nggak seperti biasanya bicarain soal cewek.

Yah, maklumlah karena teman bermainnya, yaitu Luffy, sudah sibuk dengan seorang gadis pecinta mikan.

"Entahlah. Aku nggak peduli."

"Hey, ayolah. Masa si Luffy bisa dapat pacar secantik Nami dan kau enggak?" tambah Usopp.

Tapi Zoro tetap diam karena mereka tak tahu kalah sebenarnya dirinya sudah berpacaran dengan seorang arkeolog pemakan Hana Hana no mi yang merupakan anggota kru mereka.

~oOo~

U

Unlucky

Bila mereka sampai disebuah pulau, seluruh kru pasti akan melarang Zoro untuk berjalan sendirian. Mengingat dirinya yang suka tersesat dan tak tahu jalan kembali ke kapal.

"Zoro! Pokoknya kau tidak boleh kemana-mana!" larang Usopp dan Chopper sambil menyilangkan kedua tangan mereka.

"Mereka benar, Zoro-san. Bagaimana kalau kau sampai tersesat?" tambah Brook yang makin membuat pria yang dimaksud kesal.

"Lalu, kenapa kalian membiarkan Luffy pergi ke kota, hah?!" bentaknya sambil menunjuk ke arah pusat kota di pulau itu.

Saat menyebutkan nama Luffy, Usoop, Chopper dan Brook melirik ke arah Sanji yang sedang duduk dipojok tiang dengan aura yang begitu gelap dan kelam. Zoro yang melihat hal itu hanya bisa sweatdrop.

"Kenapa si ahou itu?"

"Dia kecewa karena Nami lebih memilih Luffy untuk menemaninya belanja dikota itu," ujar Chopper menjelaskan.

Saat mereka masih memandangi Sanji, tiba-tiba Robin datang.

"Jaa, aku pergi melihat-lihat pulau ini dulu minna," ucap Robin lalu menuruni kapal Thousand Sunny.

Saat itu juga, tiba-tiba Sanji bangkit dari keterpurukannya dan langsung masuk dalam Love Hurricane mode.

"Kalau begitu biarkan aku menemanimu, Robin-cwaaan."

"Gomenasai Sanji. Hari ini aku minta Zoro untuk menemaniku."

Dan begitulah, sepertinya koki kapal ini sedang tidak beruntung sebab Dewi Fortuna lebih memilih sang baka senchou dan si kuso marimo yaro untuk menemani kedua gadis cantik tersebut.

~oOo~

V

Vast

Lautan begitu luas, namun Bumi tetaplah bulat. Begitu banyak wanita yang jauh lebih cantik tetapi seorang wanita berhasil menarik perhatian seorang Roronoa Zoro.

Wanita yang beruntung itu bernama Nico Robin. Selama 20 tahun dirinya lari dari kejaran pemerintah dunia. Bersembunyi di tempat yang tak diketahui orang, bersembunyi dari dunia yang luas ini.

Tapi akhirnya, setelah pelariannya yang begitu sepi selama 20 tahun itu, akhirnya dirinya ditemukan oleh mereka.

Sekelompok bajak laut yang berisi orang-orang yang berumur lebih muda darinya. Namun berkat mereka dia mulai...

Mengetahui arti nakama.

Mengetahui sisi lain dunia yang lebih indah.

Bertemu berbagai orang.

Hingga... Jatuh cinta pada seorang pria berambut hijau dengan bounty 120 juta beri bernama Roronoa Zoro.

~oOo~

W

Wake Up

Siapa yang sangka buronan seharga 120 juta beri yang termasuk Eleven Supernova dan merupakan anggota Mugiwara kaizoku-dan ternyata suka tidur-tiduran di dek kapal.

Tak ada yang berani mengganggunya bila dirinya sedang tidur. Sebab mereka tak mau mati konyol ditangan sang santoryuu kenshin itu.

Tapi, walau dia kelihatannya tertidur, sebenarnya dirinya tidaklah tidur. Dirinya masih tetap terbangun dan sesekali membuka mata sebelahnya untuk memperhatikan seorang wanita yang sejak 2 tahun lalu dia perhatikan.

Dan bila ada orang yang berjalan mendekatinya, dia akan langsung berpura-pura tidur kembali. Untung saja dalam 2 tahun ini dia telah mempelajari Haki yang bisa mengetahui keberadaan/pergerakan orang disekitarnya.

Tapi, didunia ini ada pepatah 'sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh'.

Dan sepertinya hal itupun dialami oleh pria berambut hijau yang satu ini.

"Zoro, kau sudah bangun ya? Kok dari tadi kau perhatiin Robin terus?"

Dan dihari cerah itu, hati sang kenshin tak secerah mentari karena telah tertangkap basah oleh seorang Monkey D. Luffy.

~oOo~

X

Xcution (Execution)

Sewaktu mereka di Logue Town, saat mereka masih berlima, senchou mereka hampir saja dieksekusi oleh Buggy si badut berhidung merah.

Saat itu, Zoro dan Sanji berusaha mati-matian untuk menolong Luffy. Rasa takut akan kehilangan nakama-nya membuat kedua rival tersebut berusaha sekuatnya untuk menyelamatkan sang baka senchou.

Walau pada akhirnya Luffy berhasil bebas karena petir yang datang entah dari mana menyambar Buggy dan membuatnya gosong.

Namun, sewaktu di Enies Lobby, saat mereka mendengar kabar bahwa Nico Robin mengorbankan dirinya demi Mugiwara no ichimi, tak ada yang menyadari betapa terkejutnya Roronoa Zoro.

Membayangkan wanita yang diam-diam disukainya itu mati didepan matanya dan tak bisa menolongnya membuat Zoro semakin takut.

Karena itu dia harus menjadi lebih kuat, lebih dari sebelumnya agar bisa menyelamatkan sang tuang putri dari cengkraman para pemerintah dunia.

~oOo~

Y

Yume (mimpi)

Semua orang punya mimpi.

Mimpi menjadi raja bajak laut.

Mimpi menjadi ahli pedang nomor satu didunia.

Mimpi untuk menggambar peta dunia.

Mimpi untuk menemukan All Blue.

Mimpi menjadi ksatria laut nomor satu.

Mimpi untuk melihat dunia dengan mata kepala sendiri.

Mimpi untuk menemukan Rio Poneglyph.

Mimpi untuk membuat kapal impian.

Atau mungkin mimpi untuk dapat bertemu dengan seorang teman yang telah kau tinggalkan berpuluh tahun lamanya.

Begitulah manusia. Selama mereka hidup, mereka selalu bermimpi. Dan begitu pula dengan lelaki berambut hijau ini.

Selain bermimpi untuk mengalahkan seseorang yang dikaguminya, pria ini terkadang bermimpi untuk menemukan seorang wanita yang bisa menemaninya dan mencintainya seumur hidup.

Dan saat dia menyadari bahwa wanita itu selalu berada disampingnya, dia tahu bahwa hal itu tidak hanya sekedar mimpi. Melainkan kenyataan.

Ya... Mimpinya telah menjadi sebuah kenyataan yang begitu indah.

~oOo~

Z

ZoRo

Entah itu sebuah kebetulan atau tidak, Zoro tak peduli akan hal itu.

Suatu hari saat dia sedang bermalas-malasan seperti biasanya di dek sambil memikirkan tentang seorang wanita arkeolog, saat itu sebuah pemikiran aneh melintas di otaknya.

Bila namanya dan Robin disingkat maka sebuah inisial ZoRo akan terbentuk. Dan itu sama dengan namanya hingga saat dia mengucapkan kata tersebut berulang kali wajah langsung memerah.

Dan hal ini tak terlewatkan oleh koki kapal mereka.

"OI MARIMO! KENAPA WAJAHMU SEPERTI KEPITING REBUS!"

E N D

repost from : fanfiction

[cerita] one piece: mak comblang ala sanji lol


" serius marimo?"Tanya Sanji menatap Zoro dengan tatapan tidak percaya ."aku serius,bodoh!aku menyukai gadis bernama NicoRobin itu"bisik Zoro sambil menunjuk gadis yang di maksud . sementara yang di tunjuk itu sedang sibuk dengan buku tebal yang di bacanya.

"…."

"Kau mau membantuku kan?"Tanya Zoro lagi setelah melihat ekspresi Sanji yang gak karuan.

"…"

"oi!alis keriting!mau gak jadi…."

"Iya!iya!aku mau jadi Mak Comblang mu…!"gerutu Sanji memotong perkataan Zoro . walau dalam hati gak rela,ia tetap mau membantu sahabatnya yang menyebalkan itu.

"baiklah…ayo kita mulai saja acara 'perjodohan' " keluh Sanji sambil mengeluarkan buku bermotif LOVE

Comblang-mencomblang ala Sanji-Ganteng

Rayuan

Sanji dan Zoro kini berada di dalam restoran Baratie,Zoro tampak kebingungan karena di ajak ketempat yang bukan habitatnya.

"….apa yang…"

"pssst..!"Sanji menatap Zoro dengan memberi isyarat untuk pun matanya masih menyiratkan perasaan bingung.

"kau lihat itu?"Sanji menunjuk salah satu tempat duduk di restoran ikut menatap arah yang di tunjuk Sanji.

"Robin dan Nami sedang makan di situ…godain gih…rayu…"bisik Sanji.

"…"

"ya udah kita bareng…"sahut Sanji dengan berjalan penuh percaya diri.

Sanji dan Zoro kini dekat dengan target .tangan mereka mengambil sepiring kentang dari meja RobinNami.

"eh?"

"ini adalah kentang jahat,mereka akan meganggu kecantikan kalian"sahut ZoroSanji dengan tersenyum nakal.

Dan setelah itu mereka langsung di hajar Nami.

"kembalikan makan siangku…..!"

Handphone

Tangan Zoro kini memegang benda berukuran menatap layer benda itu .Hp butut Sanji kini berada dalam genggaman…

"apa yang kau tunggu,Marimo? Cepat telpon tuh si Robin…ajak kenalan lewat telepon…"kata Sanji tidak sabaran.

"...…."jawab Zoro dengan gugup sambil menekan nomor yang di tuju.

08xxxxxxxxxxx

Tuutt..

Tuutt

Tuutt…

"ya?halo?dengan siapa ini?"kata sebuah suara yang tak lain adalah Robin.

Mendengar suara Robin itu membuat jantung Zoro berdetak lebih keras ..tangannya menggenggam Hp itu lebih erat…perasaanya kini bercampur aduk antara senang-gugup…

"a.….ro….."jawab Zoro dengan gugup.

Sanji memukul jidatnya sendiri.

'parah ni orang…!"

"…. baik-baik ….…by..bye…"kata Zoro dengan wajah pucat.

Tuut..

Tuut..

Tuut…

Percakapan Zoro-Robin berlangsung selama 2 hanya menanyakan kabar Robin.

"fiuuh..bener-bener masa yang menegangkan…"ujar Zoro sambil menyeka keringat.

"Eh?Sanji kenapa?"

Buaaghh,plak,prang,duaar..buum buum…

"dasar b***h…!"

surat cinta

"ha?surat cinta?"Tanya Zoro dengan wajah bingung .

"iya…surat cinta…."jawab Sanji sambil mendengus kemarin masih membuatnya kesal.

"hmm..tapi… …"

"aku tahu ! kau tidak bisa bikin surat begituan….makanya aku bikinkan…"balas Sanji sambil menyerahkan surat cinta buatannya pada Zoro.

"oohh….!ini bagus banget…!kau memang hebat..!"sahut Zoro terkagum-kagum.

Sanji hanya mengangguk

"akan ku serahkan pada Rob…"

Belum sempat Zoro menyelesaikan kata-katanya Sanji telah menghalanginya.

"hum…kirimnya gak langsung begini…kita pakai...BURUNG MERPATI…!"seru Sanji dengan penuh semangat.

"?"

"nah…suratnya ku ikatkan di kaki merpati..lalu terbangkan…..!"kata Sanji dengan riang sambil melepas kepergian merpatinya.

2 hari kemudian…

"ZORO…!"Teriak Luffy seperti biasa . "ya?ada apa?"jawab Zoro dengan datar.

"AKU ENGGAK NYANGKA LOH…!KAMU SUKA SAMA LAURA….!"Teriaknya dengan heboh.

"ha?"

"iya loh…!Laura sendiri yang bilang , ia menerima surat cinta darimu ! di kirim lewat burung merpati.!"sahut Luffy semakin heboh.

"TIDAAAAAAAAAAKKK….!"

Cokelat

"benar-benar mengecewakan…!"gerutu Sanji.

"…"

"3 cara gagal total..!kurasa yang terakhir itu benar-benar parah! Kita harus menjelaskan pada Laura bahwa surat-itu-bukan-untuknya . kau tahu? Perlu waktu 3 hari untuk menyelesaikan kesalah pahaman ini…"jelas Sanji panjang lebar.

Zoro hanya menatap Sanji dengan tatapan datar.

"baiklah…Roronoa Zoro…ini cara terakhir dariku…kalau cara ini gagal juga...aku akan berhenti jadi Mak Comblang-mu."kata Sanji dengan serius.

Zoro hanya mengangguk setuju.

"oke! Kurasa sebaiknya kita bergegas membuat coklat….jadi kau bisa menyerahkannya saat Natal nanti.."ujar Sanji sambil menarik Zoro ke dapur.

Mereka berdua pun membuat coklat bermotif hati , Zoro benar-benar bekerja keras .

Demi Robin….

Keesokan harinya,

Sekotak coklat buatan Zoro-Sanji kini terletak di depan pintu rumah Robin . bingkisannya pun sudah di desain dengan manis .

"he he he he….dengan ini Robin pasti jatuh hati padaku…"guman Zoro dengan puas .

Sementara itu…

Krriiieeet….!

Pintu rumah Robin terbuka lebar . Robin terkejut melihat Coklat yang ada di depannya.

"waah…coklat…!siapa yang ngasih ya…?"Tanya Robin sambil membolak-balikan Coklat itu.

"gak ada namaya…..jangan-jangan coklat ini ada racunnya….ku buang aja deh…."kata Robin dengan melempar kotak coklat ke bak sampah.

Zoro langsung menangis 7 hari 7 malam…

Mungkin pendekar pedang seperti Zoro tidak cocok dalam urusan asmara.

Yaah…sepertinya Zoro akan mengahabiskan musim dingin untuk menarik perhatian Robin.

THE END.

repost from: fanfiction

[cerita] death note: bad ending story lol


Suatu siang yang puanaassnya cetar halilintar (hah?), Yagami Light akhirnya menyelesaikan perkuliahan untuk hari ini. Seriusan deh, sudah cuacanya cerah membahana, udara panas, cahaya matahari terpampang nyata, otak Light mumet banget karena perkuliahan hari ini. Sungguh, siapa yang tidak akan kesal jika dosen memberikan 10 tugas sekaligus yang KATANYA harus dikumpulkan hari ini, membuat para mahasiswa bekerja keras mati-matian (tapi mereka masih hidup) untuk menyelesaikan tugas ini (bersama dengan segudang tugas dari dosen lainnya), tetapi ternyata si dosen dengan entengnya berkata tugas tersebut hanya untuk latihan biasa yang tidak perlu dikumpul –diperiksa pun tidak! Uh, rasanya Light ingin sekali menuliskan nama si dosen dalam Buku Kematian! Err...kok jadi curcol sih?

Omong-omong, pemerintah telah 'menyumbang' transportasi baru di Jepang, namanya adalah BASWEI, nama keren dari BUSWAY. Jangan, jangan tanya kenapa tiba-tiba transportasi tersebut bersama dengan halte dan jalan raya khususnya bisa ada disana.

Nah, sebagai warga negara yang baik, Light pun kini pulang-pergi kampus selalu naik busway setiap harinya. Hari ini, tumben sekali pemuda tersebut tidak mendapat tempat duduk dalam bus. Biasanya ia selalu mendapat kursi, tetapi entah kenapa hari ini penumpang bus jumlahnya agak lebih banyak daripada biasanya.

Lelah dan mumet akan perkuliahan hari ini, ingin sekali rasanya Light mengemis (?) kepada orang-orang di bus agar diberikan tempat duduk. Tapi sebagai CALON dewa baru untuk dunia ini, ia harus jaga imej, dong, masakah seorang dewa mengemis pada 'umatnya'? tetapi sungguh, Light merasa kakinya tidak sanggup menopang tubuhnya lebih lama lagi. Pada akhirnya, ia pun duduk di lantai bus, tepatnya di depan pintu bus yang otomatis.

"Dek..." panggil seorang penjaga pintu bus itu. Light pun menoleh padanya. "Jangan duduk disitu, dek."

"Kenapa? Toh, gak ada larangannya, kan?" tanya Light yang makin bete.

"Adek gak liat, ya? Di lantai yang adek dudukin itu ada tulisan 'Dilarang Berdiri'!" jawab petugas.

"Saya lihat kok," jawab Light acuh tak acuh. "Kan katanya 'Dilarang Berdiri', nih, saya kan, duduk dan bukan berdiri!"

"Tapi dek..."

"Bawel banget, sih!" ujar Light kesal sambil berdiri. "Lu liat buku ini, gak?!"

Si petugas penjaga pintu bus angguk-angguk kayak anak metal (kok kayak lagu?), karena ia memang bisa melihat buku hitam tipis bertuliskan 'Buku Kematian' yang ditunjukkan oleh Light.

"Nah, karena lu udah bawelnya minta ampun, rasakan akibatnya!" seru Light.

Pemuda tampan satu itu segera mengambil pena dalam tasnya, kemudian menuliskan nama si petugas dalam Buku Kematian. Enggak, jangan tanya gimana caranya Light bisa tahu nama si petugas.

.

.

"Yagami-san," panggil L Lawliet, lalu Yagami Soichiro menoleh padanya. "Kira telah berhasil ditangkap."

"E-eh? Kok, bisa?" tanya Soichiro terkejut.

"Ya bisa lah, masa ya bisa dong? Semangka saja dibelah, bukan dibedong," ujar L gaje. "Baru saja polisi setempat menangkap putra anda, Yagami Light di busway, karena telah merenggut nyawa seorang petugas busway dengan Buku Kematian."

"H-HAAAHH?!" Soichiro terkejut dan pingsan kejang-kejang, diiringin decakan L, lalu pria itu langsung dilarikan ke rumah sakit jiwa (?) terdekat.

Huh, dasar Light, kalau tidak ingin membuat ayahmu masuk rumah sakit, jangan duduk di dekat pintu busway lagi! (hah?)

.
~TAMAT sambil naik busway~

repost from : fanfiction

[cerita] bleach: ulquiorra, there you'll be


Angin berhembus menerbangkan pasir-pasir Hueco Mundo, melayang dan berputar di sekitar bangunan putih Las Noches, markas Aizen dan pasukannya, para Espada dan Arancar.

Di salah satu lorong dalam bangunan itu, suara langkah kaki terdengar bergema, menghapus jejak keheningan yang sebelumnya menetap disana. Suara langkah kaki itu berhenti ketika Ulquiorra berhenti di depan pintu putih yang terlihat menyatu dengan dinding.

Ulquiorra membuka pintu tersebut dengan pelan. Ruangan itu gelap dan hanya diterangi sinar bulan. Dalam ruangan itu hanya ada sebuah sofa dan seorang gadis yang berdiri membelakangi dirinya, menatap bulan sabit di langit kelam abadi Hueco Mundo.

Onna, panggil Ulquiorra pada gadis yang membelakanginya.

Gadis itu berbalik, rambutnya yang berwarna coklat mendekati orange berayun ketika dia berbalik, matanya yang berwarna abu-abu memandang Ulquiorra yang berkulit pucat, berambut hitam, dan bermata hijau gelap.

Ya, Ulquiorra tanya Inoue.

Ulquiorra menjawab, Aku hanya melihat keadaanmu seperti perintah Aizen-sama.

Oh, seharusnya aku tahu. Aku sudah lama disini, seharusnya aku tahu bahwa kau kemari hanya ingin mengecek keadaanku, seharusnya aku tak bertanya, kata Inoue sambil tersenyum sedih.

Kau kenapa, Onna

Tidak, tidak ada apa-apa, jawab Inoue, dan kembali membelakangi Ulquiorra, kembali menatap bulan.

Tak ada lagi yang berbicara untuk sementara. Dan ketika Ulquiorra hendak keluar, pertanyaan Inoue memaksanya tetap tinggal.

Kau takut mati, Ulquiorra

Ulquiorra berhenti melangkah, membisu sementara. Tidak, jawab Ulquiorra jujur.

Kenapa kau tidak takut

Lagi-lagi niatnya untuk meninggalkan tempat itu terhalang. Untuk apa takut mati jika diriku ini bukan milikku sendiri tanya balik Ulquiorra.

Inoue berbalik, menatap punggung Ulquiorra dengan tatapan sedih. Aku tak berpendapat begitu.

Ulquiorra ikut berbalik, memandang abu-abu milik Inoue dengan mata hijaunya. Kenapa kau berpendapat lain

Karena hatimu adalah milikmu sendiri, bukan milik Aizen-sama, jawab Inoue.

Ulquiorra terdiam seolah terlihat berpikir, kemudian dia berjalan mendekati Inoue dan dipegangnya dagu gadis itu, mendongakkan wajah gadis itu walaupun tinggi mereka tak terlalu jauh terpaut. Kau sendiri tanya Ulquiorra dengan nada dingin. Apakah kau takut mati

Inoue memandang lekat-lekat mata Ulquiorra. Ya,... dan tidak, jawabnya.

Kau terdengar ragu, Onna.

Aku memang ragu, katanya jujur. Aku tidak takut mati karena aku akan hidup dalam hati teman-temanku, Kuchiki-san yang mengajarkannya padaku, kata Inoue. dan aku takut mati karena mati adalah sesuatu yang asing, dan kedengaran menyeramkan, lanjutnya.

Ulquiorra tak berkomentar, dilepaskannya pegangan tangannya pada dagu Inoue. Hanya itu

Hmm

Giliran Ulquiorra yang memandang bulan sekarang. Tak tahukah kau bahwa sesungguhnya ketika kau datang kemari kau sudah mati, kau sudah menyerahkan jiwamu pada kami, kau mengkhianati teman-temanmu.

Benar sih, kata Inoue sambil tersenyum sedih. dan itu adalah keputusan yang kuambil sendiri, tak seharusnya aku takut akan kematian.

Ulquiorra langsung memandangnya, membuat Inoue takut.

A-ada apa Ulquiorra

Aku harus pergi sekarang. Kau terlalu banyak menyita waktuku untuk hal-hal tak berguna, katanya.

Inoue tertawa.

Ada yang lucu

Tidak. Hanya saja baru kali ini aku benar-benar merasa kenal dengan Ulquiorra, jawab Inoue.

Kau masih punya banyak waktu –kalau kau beruntung- untuk mengenalku, komentar Ulquiorra. Kuharap.

Kuharap juga begitu, ujar Inoue.

Kemudian Ulquiorra pergi meninggalkan ruangan itu.

Padahal sesungguhnya kau hanyalah alat yang dimanfaatkan Aizen-sama, kata Ulquiorra lirih ketika berjalan menjauhi tempat Inoue. Tak akan pernah ada waktu untuk mengenal seseorang yang bahkan tak mengenal dirinya sendiri.

~ There ~

Inoue berdiri di atas pasir Hueco Mundo. Matanya memandang nanar pada dua orang yang bertarung di hadapannya, Ulquiorra dan Ichigo.

Tidak, jangan, kumohon! ucap Inoue terisak.

Dan dia kemudian menahan nafas ketika sebuah tombak Ulquiorra mengenai bahu Ichigo.

Ulquiorra, JANGAN! kata Inoue berteriak sambil mencoba mendatangi tempat pertarungan. Namun, Ishida menahan tangan gadis itu agar tak ikut campur.

Tapi, tapi-, Inoue memprotes sambil menunjuk pertarungan.

Ishida menggeleng. Biarkan mereka selesaikan sendiri, kau tak perlu ikut campur, saran Ishida.

Dan Inoue menurut. Hanya berdiri diam sambil memandang pertarungan.

Jujur saja, hatinya bimbang hendak mendukung siapa.

Dia ingin mendukung Ichigo, pria yang selama ini dicintainya.

Dia ingin mendukung Ulquiorra, orang yang selama ini menemani kesendiriannya di Hueco Mundo.

TIDAK! Inoue berseru ketika pedang Ichigo melukai tubuh Ulquiorra.

Lagi-lagi, Ishida yang menahannya agar tak segera berlari ke medan pertempuran dan mengobati luka Ulquiorra.

Hiks, kumohon, hentikan, kata Inoue putus asa.

Tak ada yang bisa membuat mereka berhenti kecuali kematian salah seorang diantara mereka, jelas Ishida.

Inoue jelas tak ingin keduanya mati. Tapi, jelas Ulquiorra bisa dipastikan sebagai pihak yang kalah.

Ulquiorra, kata Inoue memanggil nama Ulquiorra seolah dalam nama Ulquiorra berisi harapan dan permohonan Inoue, harapan dan permohonan agar cuatro Espada itu tidak mati.

Dan ketika Ichigo –yang dalam bentuk Hollow- berhenti menyerang, Inoue mendengar Ulquiorra berkata, Onna, jangan berwajah seperti itu, kau harusnya mendukung temanmu itu, Ulquiorra menunjuk Ichigo dengan dagunya, nafas Quatro espada itu sudah satu-satu. Karena, aku tak takut mati, kau ingat lanjut Ulquiorra sambil menatap Inoue dengan tatapan yang sedingin biasanya, tapi Inoue dapat emliaht rasa sakit dalam pandangan itu.

Inoue memberontak dari cengkraman Ishida dan berlari mendekati Ulquiorra, mencoba menyelamatkan apa yang tersisa dari diri espada yang kini mulai jatuh berlutut di atas pasir. Ketika Inoue sudah mendekati temapt Ulquiorra, gadis itu mengulurkan tangan, berusaha secepatnya memperpendek jarak di antara keduanya.

Ichigo, yang topeng Hollow-nya sudah retak dan pecah, hanya bisa memandang sedih ketika Ulquiorra menjadi debu saat tangannya dan tangan Inoue hanya tinggal berjarak satu meter, menyisakan satu kata, Onna.

TIDAAAKK,... teriakan Inoue seolah bergema ke seluruh dimensi padang pasir itu, padahal sesungguhnya tidak.

Tidak, tidak, tidak, Inoue terus mengucapkan satu kata itu sambil menggenggam pasir, pasir yang dia harap adalah Ulquiorra.

Hiks,... Ulquiorra, isaknya memilukan hati. Ulquiorra.

Onna,

Ulquiorra, Inoue membisikkan nama Ulquiorra lirih, wajahnya menunduk ke bawah.

Aku menitipkan hatiku-

Ulquiorra. Genggaman Inoue terhadap pasir semakin kuat, seolah hanya itu pegangannya sekarang.

Padamu.

ULQUIORRAAAA! jeritnya sambil menengadah ke langit kelam abadi Hueco Mundo dengan wajah berurai airmata.

Hanya padamu, Inoue Orihime.

~ There ~

Perang dengan Aizen telah berlalu, pihak Shinigami memenangkan perang, dan kini yang tersisa adalah kesedihan yang diakibatkan perang seperti orang-orang yang hanya bisa meratapi kematian orang-orang yang lain, tak terkecuali Inoue.

Hari ini hari yang cerah di Karakura, Inoue duduk di bangku taman sendirian. Di pangkuan Inoue terlipat rapi pakaiannya selama di Hueco Mundo. Niat awalnya adalah membakar pakaian itu, tapi dia tak sanggup. Pakaian itu, Ulquiorra yang memberikannya.

Inoue, panggilan lembut Rukia membuat Inoue tersentak dari lamunan. Dia menoleh, memandang seorang gadis berambut hitam berjalan ke arahnya.

Kuchiki-san

Rukia melihat baju di pangkuan Inoue. Kau bimbang ya

Inoue mengangguk.

Jangan bimbang, bakar saja, saran Rukia. Dia mengambil tempat duduk di samping Inoue.

Inoue bergeser sedikit, memberikan tempat duduk yang lebih luas untuk Rukia. Tidak bisa. Entah kenapa, ini berat sekali untuk dilakukan.

Rukia tersenyum. Untuk apa pakaian itu jika kau memiliki hati Ulquiorra

Inoue menatap kaget pada Rukia.

Ichigo yang menceritakannya padaku, Rukia menjelaskan.

Inoue diam, tak menjawab, dan Rukia membiarkan keheningan itu berlangsung. Rukia ingin Inoue yang memecah keheningan itu.

Aku tahu aku memiliki hati Ulquiorra. Hanya saja-, Inoue menggigiti bibir bawahnya. hanya saja aku menginginkan bukti nyata tentang Ulquiorra.

Ingatanmu tentang Ulquiorra kan nyata, kata Rukia.

Dan lagi-lagi hening.

Sudah ya, aku ada janji dengan Ichigo, kata Rukia pamit.

Inoue hanya mengangguk mempersilahkan.

Tak sampai satu menit, Rukia sudah menghilang dari pandangan. Dan Inoue pun beranjak pergi dari tempat itu, menuju rumahnya.

Sesampainya di rumah, Inoue menutup pintu dan menguncinya. Kemudian menggeledah laci mencari korek api. Setelah ketemu, dia membawa benda itu ke perapian.

Kuchiki-san benar, aku memiliki Ulquiorra di hatiku.

Inoue menyalakan api dan meletakkan bajunya di perapian kemudian membakar baju berwarna putih tulang itu hingga tak tersisa.

Dimana pun aku berada, di sana juga ada Ulquiorra karena Ulquiorra selamanya ada dalam hati ini.

repost from :  fanfiction