[info] arti hidup bagi atheist

Arti hidup kita di hadapan semesta
Baiklah, saya akan memulai memberikan gambaran soal topik ini dengan menampilkan sebuah kutipan yang cukup terkenal dari Joe Rogan:



Ya, secara obyektif, saya dan Anda hanyalah seorang manusia, primata yang bisa berbicara di sebuah planet bernama Bumi yang melayang mengitari sebuah bintang bernama matahari di sebuah sisi galaksi bima sakti yang terus terlempar menjauh dari pusat alam semesta dengan kecepatan luar biasa semenjak terjadinya big bang.
Atau kalau bicara angka, Anda dan saya hanyalah 2 dari 7 milyar anggota spesies manusia yang masih hidup, dan manusia hanyalah 1 dari hampir 9 juta spesies yang sudah didaftar ada di bumi, sementara bumi hanyalah 1 dari 8 planet yang mengitari matahari, dan matahari hanyalah 1 dari 300 sextilliun (milyar trilyun) bintang yang ada di alam semesta ini.

Singkatnya:
Saya dan Anda ini sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat (…) kecil dan tidak berarti jika dilihat dari skala alam semesta kita ini.

Saking kecilnya kadang membayangkannya pun membuat saya merinding, betapa tidak ada artinya saya bagi alam semesta. Saya ada atau pun tidak, tidak ada pengaruhnya bagi sextiliunan bintang lain di alam semesta ini.

Maka terkadang saya harus mengakui bahwa agama dalam hal ini bisa sangat menenangkan pikiran. Agama menimpa sosok alam semesta maha besar yang mati, dingin, dan tidak pedulian pada saya dan Anda yang kecil ini dengan sosok yang lebih besar lagi, dan sosok tersebut bukan hanya peduli terhadap ada atau tidaknya kita. Sosok tersebut bahkan peduli terhadap setiap hal kecil yang kita lakukan, kebaikan kecil kita menyumbang untuk pengemis, kebohongan–kebohongan kecil kita, bahkan dengan siapa Anda tidur malam ini.

Ya, agama menggambarkan bahwa Tuhan, yang lebih besar daripada alam semesta ini peduli terhadap semua printilan hidup kita, di saat sebetulnya keseluruhan hidup kita sendiri tidak ada artinya sama sekali bagi alam semesta yang sedemikian besar ini, dan hal ini sangat sangat sangat sangat menenangkan sekali bagi pengimannya.

Tuhan dan Tujuan
Ketika agama memberikan arti pada eksistensi pengimannya, maka arti itu tidak sebatas pada kepedulian Tuhan saja. Sesuatu akan berarti jika ada gunanya, ada tujuannya, dan itulah yang agama berikan.

Dengan adanya Tuhan melalui agama, Anda punya arti, Anda punya tujuan hidup, Anda tahu untuk apa hidup di dunia ini.
Sedangkan apa yang Anda punya tanpa adanya Tuhan? Mungkin secarik puisi dari seorang sahabat saya ketika ia menjalani masa-masa awal menjadi ateis ini bisa cukup menggambarkan:

Kita hanyalah seonggok daging dan tulang yang bergerak dalam rutinitas setiap harinya.
Berbekal kanvas kosong
Atau dengan kata lain,
Berbekal kebebasan.
Ya, kita punya kebebasan.
Kebebasan untuk mendefinisikan sendiri siapakah kita.
Kebebasan untuk mendefinisikan sendiri apa tujuan hidup kita.
Kebebasan untuk mendefinisikan sendiri apa gunanya kita ada
Lupakan alam semesta yang besar dan tidak akan peduli terhadap eksistensi kita.
Kita mungkin tidak berarti bagi rasi bintang sagitarius.
Kita mungkin tidak berarti bagi planet mars
Bahkan kita mungkin tidak berarti bagi Puerto Rico
Tapi kita berarti bagi orang–orang yang mencintai kita
Kita berarti bagi orang–orang yang bahagia mendapatkan waktu hidup kita
Kita berarti bagi orang–orang yang membaik hidupnya karena pekerjaan kita
Kita semua berarti
Kita sungguh berarti bagi wajah-wajah pertama yang terlintas ketika kita mengingat paragraf ini

Ya itu secara sosial dan interpersonal sih, kalau secara biologis tujuan hidup Anda adalah bertahan hidup, berkembang biak, dan menjaga keturunan Anda karena itulah perintah dasar gen di dalam tubuh kita, dan itulah yang membuat kita menjadi seperti ini. Kenapa gen itu bisa ada di manusia bisa panjang ceritanya secara evolutionary principle.

Sumber : ABAM