[info] mengajak kebaikan dan melarang kemungkaran, tetapi perbuatan menyelisihi perkataan



Oleh: asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin råhimahullah

Dalil dari al-Qur’an

Allåh subhanahu wa ta’ala berfirman:

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ ؟ أَفَلَا تَعْقِلُونَ ؟

Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir? (al-Baqarah : 44)

Allåh subhanahu wa ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ ؟ | ٦١:٢
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ | ٦١:٣

Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. (Ash- Shaff : 2-3)

Dan Allah berfirman mengabarkan tentang Nabi Syuaib alaihissalam :

وَمَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَىٰ مَا أَنْهَاكُمْ عَنْهُ ۚ إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ

“Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan” (Hud : 88)

Syarah (Penjelasan)

Berkata Imam Nawawi (semoga Allah merahmati beliau) : “Bab ancaman terhadap orang yang berbuat kebaikan dan melarang kemungkaran sedangkan perkataannya menyelisihi perbuatannya” .

Dikarenakan bab sebelumnya (membahas tentang) wajibnya menyuruh berbuat baik dan mencegah kemungkaran, maka pembahasan yang sesuai (setelah itu) adalah menyebut dalam bab ini ancaman terhadap orang yang menyuruh berbuat baik tetapi tidak mengamalkannya, atau orang yang melarang kemungkaran tetapi ia sendiri melakukannya, (kita berlindung kepada Allah dari yang demikian itu).

Yang demikian itu, barangsiapa yang keadaannya seperti ini, maka ia bukanlah orang yang jujur (benar) dalam amar makruf nahi mungkar, karena kalaulah ia orang yang jujur dan benar dalam amar makruf, dan menyakini apa yang ia perintahkan adalah kebaikan, tentulah ia orang yang pertama kali mengamalkannya jika ia orang yang berakal.

Demikan juga kalau ia melarang dengan suatu kemungkaran, dan ia menyakini kemungkaran itu memberi bahaya, melakukannya merupakan perbuatan dosa, tentulah ia orang yang pertama kali meninggalkannya jika ia orang yang berakal.




Maka jika ia memerintahkan kebaikan dan tidak melakukannya, atau melarang kemungkaran sedangkan ia melakukannya, ketahuilah bahwa perkataannya ini tidaklah dibangun diatas aqidah! (kita berlindung kepada Allah dari yang demikian itu…)

Oleh karena itu Allah mengingkari seseorang yang melakukan hal itu,

Allah berfirman :

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ ؟ أَفَلَا تَعْقِلُونَ ؟

Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab? Maka tidakkah kamu berpikir? (al-Baqarah : 44)

Pertanyaan dalam ayat diatas adalah pengingkaran, yang artinya

“Bagaimana kalian menyuruh manusia berbuat kebaikan, sedangkan kalian melupakan diri kalian sendiri, janganlah kalian melakukan seperti ini, sedangkan kalian membaca Al Kitab dan mengetahui kebaikan dan kejelekan, tidakkah kalian berakal?”

Dan pertanyaan ini adalah untuk menjelekkan; Allah berkata kepada mereka :

“Bagaimanakah kalian melakukan perbuatan semacam ini? dan sesuatu seperti ini menimpa kalian? Dimana akal-akal kalian jika kalian adalah orang-orang yang jujur?”

Contoh dari hal ini: Seorang lelaki menyuruh manusia untuk meninggalkan riba, akan tetapi ia bermuamalah dengan riba, atau melakukan amalan yang lebih dari riba.

Ia berkata kepada manusia (misalnya) : “Janganlah kalian mengambil riba dalam bertransaksi dengan Bank!”, tapi ia sendiri mengambil riba dengan bersiasat, makar dan tipu daya.

Tidakkah ia mengetahui bahwa apa yang mereka perbuat dari siasat,makar dan tipu daya lebih besar dosanya dari orang yang memang berniat mengambil riba?!!

Oleh karena itu Ayyub as-Sahtiyani (semoga Allah merahmati beliau) berkata tentang pelaku-pelaku siasat dan makar : “Sesungguhnya mereka menipu Allah, sebagaimana mereka menipu anak kecil. Kalaulah mereka melakukan dalam bentuk semestinya (memang berniat mengambil riba) tentulah dosanya lebih rendah”.

Demikian juga seseorang yang menyuruh manusia untuk mengerjakan shalat, akan tetapi ia sendiri tidak shalat !! maka bagaimanakah hal ini bisa terjadi ? bagaimanakah engkau menyuruh manusia shalat, dan engkau melihatnya suatu kebaikan, lalu engkau meninggalkannya? Apakah ini menunjukkan berakal?

Tidak, Tidaklah hal ini menunjukkan perbuatan orang yang berakal, terlebih lagi tidak termasuk dari agama. Hal ini menyelisihi akal, dan kebodohan dalam agama. (kita mohon kepada Allah keselamatan)

Allah berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ ؟ | ٦١:٢
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ | ٦١:٣

Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. (Ash- Shaff : 2-3)

“Wahai orang-orang yang beriman”. Allah memanggil mereka dengan keimanan, karena konsekwensi dari keimanan adalah manusia tidak melakukan hal itu, dan tidak mengatakan apa yang tidak ia kerjakan, kemudian Allah memburukkan mereka dengan firman-Nya : “Mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?”.

Kemudian Allah jelaskan bahwa perbuatan semacam ini dibenci dan dimurkai disisi Allah, Allah berfirman : “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan”

Dan arti “kebencian” (dalam ayat diatas), berkata para ulama : “Kebencian yang sangat”, karena Allah benci dan murka terhadap seseorang yang keadaannya seperti ini, ia mengatakan apa yang tidak ia perbuat.

Dan Allah menerangkan kepada hamba-Nya bahwasanya hal yang demikian itu adalah dari hal-hal yang membuat murka Allah agar orang yang beriman menjauhi perbuatan ini. Karena seorang yang benar-benar beriman akan menjauhi apa yang dilarang Allah.

Dan Allah berfirman tentang (perkataan) Nabi Syuaib alaihissalam :

وَمَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَىٰ مَا أَنْهَاكُمْ عَنْهُ ۚ إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ

“Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan”

(Hud : 88)

Yaitu bahwasanya Nabi Syuaib alaihissalam berkata kepada kaumnya :

“tidak mungkin aku melarang kalian dari kesyirikan, dan dari mengurangi ukuran dan timbangan sedangkan aku melanggar”.

Sekali-kali tidak mungkin, karena para Rasul (semoga kesejahteraan atas mereka) adalah manusia yang paling suka memberi nasehat kepada mahluk. Dan mereka adalah manusia yang paling besar pengagungannya terhadap Allah, dan paling taat kepada perintah-Nya dan paling jauh terhadap larangan-Nya. Maka tidak mungkin mereka menyelisihi perkara-perkara yang mereka larang kepada manusia dan mereka melanggarnya.

Dan dalam hal ini terdapat dalil bahwa manusia yang melanggar apa yang ia larang, atau meninggalkan apa yang ia perintahkan, menyelisihi jalan para Rasul, Karena para Rasul tidak mungkin menyelisihi dari apa yang mereka larang kepada manusia. Dan akan disampaikan (insya Allah) hadits-hadits yang menjelaskan tentang hukuman orang yang meninggalkan apa yang ia perintahkan dan melanggar apa yang ia larang, (Allah-lah yang memberi petunjuk).

Dalil dari as-Sunnah

Dari Abu Zaid Usaman bin Zaid bin Haritsah ia berkata : “Saya mendengar Rasulullah berkata :

يُجَاءُ بِرَجُلٍ فَيُطْرَحُ فِي النَّارِ إِلَّا أَنَّهُ زَادَ فِيهِ فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُ بَطْنِهِ فَيَطْحَنُ فِيهَا كَطَحْنِ الْحِمَارِ بِرَحَاهُ فَيُطِيفُ بِهِ أَهْلُ النَّارِ

“Seseorang didatangkan pada hari kiamat kemudian dilemparkan ke dalam neraka hingga ususnya terburai keluar; dan (ia) berputar-putar di neraka layaknya keledai mengitari alat penumbuk gandum. Kemudian penduduk neraka mendekatinya

فَيَقُولُونَ يَا فُلَانُ أَلَسْتَ كُنْتَ تَأْمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَى عَنْ الْمُنْكَرِ

Maka mereka berkata: Hai Fulan! Bukankah dulu engkau memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran?

فَيَقُولُ إِنِّي كُنْتُ آمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَلَا أَفْعَلُهُ وَأَنْهَى عَنْ الْمُنْكَرِ وَأَفْعَلُهُ

Ia menjawab: ‘Benar, dulu aku memerintahkan kebaikan namun tidak kulakukan dan mencegah kemungkaran namun aku melakukannya.”

(Hadits riwayat Ahmad (dan ini lafazhnya), Bukhari dan Muslim).[1. -tambahan abu zuhriy:

Ada juga hadits yang semisal dengan hadits diatas, yang berbunyi:

Råsulullåh bersabda:

رَأَيْتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي رِجَالًا تُقْرَضُ شِفَاهُهُمْ بِمَقَارِيضَ مِنْ نَارٍ فَقُلْتُ يَا جِبْرِيلُ مَنْ هَؤُلَاءِ

Pada Malam Isra’ku aku bertemu dengan beberapa orang laki-laki yang lidahnya dipotong dengan gunting api. Aku bertanya, “Siapakah mereka, Wahai Jibril?”

قَالَ هَؤُلَاءِ خُطَبَاءُ مِنْ أُمَّتِكَ يَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَيَنْسَوْنَ أَنْفُسَهُمْ وَهُمْ يَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلَا يَعْقِلُونَ

Jibril Menjawab, “Mereka adalah para khatib, diantara umatmu yang menyeru kepada kebaikan dan mereka melupakan kebaikan itu untuk diri mereka sendiri. Padahal mereka orang-orang yang membaca al-kitab (al-qur’an), apakah mereka itu tidak berakal?

(HR. Imam ahmad, dan Al-Baghawi, Al-Baghawi mengatakan bahwa hadits ini hasan)]

Syarah (Penjelasan hadits diatas)

Hadits ini terdapat ancaman keras terhadap orang yang menyuruh berbuat baik sedangkan ia menyelisihi perkataannya : “Didatangkan seorang laki-laki pada hari kiamat”

Artinya Malaikat membawanya lalu ia dilemparkan ke neraka, ia tidak dilemparkan dengan lembut, akan tetapi ia dilemparkan sebagaimana batu dilemparkan ke laut (dengan lemparan keras), lalu ususnya berhamburan melilit perutnya (lantaran kerasnya lemparan).

“lalu ususnya melilitnya sebagaimana keledai mengitari tempat penggilingan tepung”.

Artinya ini adalah perumpamaan untuk menghinakan, ia diumpamakan seekor keledai yang mengitari adonan tepung, (gambarannya, adalah dulu sebelum ditemukan alat modern untuk pengolahan tepung, dahulu dua batu besar diletakkan, dan dilobangi antara keduanya dan diletakkan di batu yang paling atas sebuah pembuka dimana darinya biji gandum masuk. Dan pada pembuka tadi terdapat kayu yang diikat pada punggung keledai, lalu keledai tersebut berputar mengitari tempat penggilingan tepung).

Laki-laki yang dilemparkan ke neraka ini berputar, ususnya melilitnya sebagaimana keledai mengitari adonan tepung (semoga Allah melindungi kita), maka penghuni neraka berkumpul dan bertanya kepadanya : “Mengapa kamu? Apa yang menyebabkan kamu masuk neraka sedangkan engkau menyuruh kepada kebaikan dan melarang kepada kemungkaran ?” lalu laki-laki itu menjawab : “Saya dahulu menyuruh berbuat baik sedangkan diriku tidak mengerjakannya”.

Ia berkata kepada manusia :

“Sholatlah kalian!”

Akan tetapi ia tidak sholat.

Ia juga berkata :

“Zakatilah harta-harta kalian!”

Akan tetapi ia tidak berzakat.

(Ia juga berkata):

“Berbuat baiklah kepada orang tua !”

akan tetapi ia tidak berbuat baik kepada kedua orang tuanya.

Demikianlah ia selalu menyuruh berbuat kebaikan akan tetapi ia tidak mengerjakannya. “Dan aku melarang dari yang mungkar sedangkan diriku mengerjakannya”

Ia berkata kepada manusia:

“Janganlah menggunjing!”
“Janganlah makan riba !”
“Janganlah menipu dalam jual beli!”
“Janganlah berbuat jelek kepada keluarga dan tetangga !”

dan semisal ini dari perkara-perkara yang diharamkan, akan tetapi ia mengerjakannya (semoga Allah melindungi kita), Ia menjual dengan riba, menipu, berbuat jahat kepada keluarga, tetangga, dan lainnya.

Ia menyuruh berbuat kebaikan dan tidak mengerjakannya, ia melarang dari kemungkaran sedangkan dirinya mendatanginya. (Kita memohon kepada Allah keselamatan), lalu ia disiksa dengan siksaan seperti ini, dan dihina dengan kehinaan ini.

Maka wajib bagi seseorang untuk memulai dari dirinya dan menyuruh dirinya untuk berbuat kebaikan dan melarangnya dari berbuat kemungkaran. Karena manusia yang paling besar haknya sesudah Rasulullah shållallåhu ‘alaihi wa sallam adalah dirimu (sendiri)!

Mulailah dari dirimu dan laranglah dia dari kejahatannya
Jika jiwamu telah berhenti dari kejahatan maka engkau adalah orang bijaksana

Mulailah dari dirimu sendiri dan berusahalah menasihati teman-temanmu
Dan perintahkanlah kepada teman-temanmu berbuat kebaikan

Dan laranglah mereka dari kemungkaran agar engkau menjadi orang yang shalih, orang yang baik dan memperbaiki orang lain.

Kita memohon kepada Allah agar menjadikan saya dan kalian orang-orang yang shalih, baik, dan memperbaiki. Sesungguhnya Dia Maha Pemurah lagi Maha Mulia.

Maraji’

Sumber:
Diterjemahkan dari syarh Riyadhus Shalihin, oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullahu
www.salafi.or.id
milis as-sunnah
groups.yahoo.com/group/assunnah/message/15684
abuzuhriy.wordpress.com