[kisah] makhluk Allah yang paling buruk


Sebuah tulisan dari group FB sahabat maiyah yg rasanya mubazir kalo gak dicuri hehe, langsung aja

Belajar Tawadhu’

“Akan lebih baik bagimu menganggap setiap orang lebih baik darimu”

::: TWEET JUM’AT, Gus Mus :::

Ada sebuah kisah. Tak usah anda tanyakan shahih ataukah dhoif. Fakta atau rekayasa. Saya berharap dengan membaca kisah ini, kita bisa belajar tawadhu’ dan rendah hati. Sehingga tidak mudah menyalahkan orang lain. Lebih banyak bercermin dan mengoreksi kekurangan diri dan tidak sibuk mencari-cari kesalahan orang lain.

Konon ada seorang ‘alim yang ‘ariif memiliki seorang anak yang sangat cerdas dan shalih. Ilmu apa saja yang diberikan, dapat diserap dengan cepat. Suatu ketika ia ingin menguji kemampuan anaknya.

Ayah : Anakku, aku lihat pengetahuanmu sudah berkembang demikian pesat. Pengetahuanku hampir berpindah secara utuh olehmu. Sekarang aku ingin kau pergi dari rumah ini. Berkelanalah ! Carilah makhluk Allah yang paling buruk. Bawalah makhluk Allah itu pulang. Sebelum kau membawa makhluk Allah yang menurutmu terburuk ! Engkau jangan sekali-kali pulang !

Anak : Baiklah. Mohon doa restu Ayah.

Sang anak pun berjalan meninggalkan rumah. Menyusuri jalan demi jalan. Singgah dari satu desa ke desa. Dari satu kota ke kota. Ia terus mencari-cari makhluk terburuk untuk dibawa pulang. Langkah kakinya terhenti ketika melihat rumah seorang wanita jelita. Ada yang unik, sang wanita ternyata dikelilingi oleh banyak laki-laki. Penampilan sang wanita pun demikian menggoda. Aurat yang seharusnya tertutup tersingkap dan bisa jadi sengaja disingkapkan. Dari beberapa suara-suara yang masuk ke telinganya, tahulah ia bahwa wanita itu adalah pekerja seks komersial, pelacur.

Melihat pemandangan di depan matanya sang anak tersenyum dan membatin, ”inilah makhluk Allah yang paling buruk. Karena dia rumah tangga orang bisa hancur berantakan. Karena dia iman seseorang tergadai. Dialah sumber masalah. Inilah makhluk terburuk yang harus saya bawa pulang”.

Perlahan-lahan sang anak mendekati kediaman pelacur. Baru beberapa langkah ada suara dari dalam hatinya. “wanita itu memang pelacur. ia memang buruk. Tapi bisa jadi suatu saat ia bertaubat dan menjadi muslimah patuh dan taat kepada Allah. Keburukannya akan sirna dan catatan-catatan kebaikannya akan terus beranak pinak. Bukankah banyak orang-orang di masa lalu ahli maksiat tapi di tengah jalan mendapatkan hidayah dan berahir husnul khatimah ?”.

Menyadari nasehat hatinya. Ia urungkan langkah kakinya dan kembali menyusuri semesta mencari makhluk Allah yang terburuk. Ia temukan orang-orang yang dalam pandangan masyarakat buruk karena berperilaku menabrak norma agama, norma susila, dan norma hukum. Ada koruptor, pencuri, penjudi, pemerkosa, dan seterusnya. Setiap kali hendak membawa mereka pulang, hatinya selalu mengingatkan dengan nasehat serupa.

Sang anak hampir saja putus asa. Kalau tidak menemukan makhluk terburuk, berarti dia tidak akan pernah kembali ke rumahnya. Di tengah rasa putus asa yang menindih kesadarannya, seekor anak anjing buduk lewat di depannya. Kondisi anjing yang demikian buruk membuat sang anak berjingkrak bahagia. Ia seperti menemukan permata. “pasti inilah makhluk yang paling buruk. Mana ada makhluk yang lebih buruk darinya ?”. Segera dipungutlah anjing itu. Di bawanya pulang. Tinggal beberapa meter dari dari rumah, terdengar suara nuraninya, “apa salah anjing itu ? Kenapa kau anggap dia sebagai makhluk yang paling buruk ? Bukankah dia tak meminta terlahir seperti itu ? Ia menjalani fitrah yang ditakdirkan Penciptanya ! Ia sama seperti dirimu yang harus menjalani peran sebagaimana keinginan Sang Dalang, Allah !”

Mendengar suara hatinya, sang anak berhenti. Ia pandangi anjing buduk ditangannya. Ia tersenyum dan berkata, “anjing maafkan aku, aku telah menuduhmu sebagai makhluk yang hina dina”. Anjing pun dilepaskannya. Meski tak membawa apa-apa, sang anak tetap melangkahkan kaki. Kembali pulang. Ayahnya telah menunggu kedatangannya !

Ayah : Apakah kau berhasil membawa makhluk yang paling buruk ?

Anak : Ya.

Ayah : Mana ?

Anak : Akulah makhluk terburuk itu ?

Ayah : Bagaimana kau bisa berkata demikian ?

Anak : Ayah. Semua orang yang saya lihat buruk, menyimpan kemungkinan untuk berubah menjadi baik. Sementara saya hanya asik melihat keburukan orang lain dan lupa melihat keburukan diri saya. Karena itulah, saya mengambil kesimpulan bahwa selama saya asik melihat kejelekan orang lain, kesalahan orang lain, keburukan orang lain, dan tidak melihat keburukan saya sendiri. Maka sayalah orang terburuk itu !

“Ayyuhal Walad” - Imam Ghazalie. sebuah nasehat dari Rasulullah saw :

حَاسِبُوا اَنْفُسَكُمْ قَبْلَ اَنْ تُحَاسَبُوا

“hisablah, koreksilah dirmu sebelum kau dihisab”

Semoga kita terus bisa merunduk dan lebih banyak melihat kesalahan, kekurangan, kebobrokan, dan gunungan dosa dalam diri. Sehingga tidak uwil (sibuk) mencari-cari kesalahan orang lain.

Sumber:  https://web.facebook.com/groups/492799577532776/