[cerita] fairy tail: hadiah


“Erza, aku menyukaimu.. Maukah kau menjadi pacarku ?” tanya Jellal seraya berlutut di depan seorang gadis berambut merah.

Gadis berambut merah bernama Erza itu mengangguk pelan. Erza mengulurkan tangannya ke tangan Jellal.

“Berdiri kau..” ujar Erza lembut.

Tangan Jellal langsung melingkar di pinggang Erza.

“Hey, bro..” panggil seorang anak laki – laki berambut merah muda[wakakakakak]seraya mengibaskan tangannya ke depan wajah Jellal.
“Hah ?” sahut Jellal.

Anak laki – laki tersebut menghela nafas sedangkan temannya yang lain tertawa.

“Jellal.. Kamu tuh ngelamunin siapa ? Apakah Erza kurang buatmu ?” tanya anak laki – laki berambut merah muda tadi.
“Diam, Natsu..” gumam Jellal.
“Hey, wajah Jellal memerah !” goda Natsu.

Jellal meninju bahu Natsu.

“Aduduh.. Sorry bro..”

Yang lain tertawa.

“Bro, kamu udah berapa lama sama Erza ? Gak bosan ?” tanya seorang anak bernama Gray.
“Heh ?” sahut Jellal lagi.
“Bro, kamu kenapa sih ? Kesambet ? Atau jangan – jangan..” Gray berkata dengan nada curiga.
“Kamu mikir jorok tentang Erza ya ??” teriak Natsu.

Teriakan Natsu berhasil membuat seluruh kelas menoleh ke mereka. Wajah Jellal makin memerah karena marah sekaligus malu. Bahkan ia bisa mendengar bisik – bisik para gadis.

“NATSU !! SEKALI LAGI KAU BERBICARA YANG TIDAK – TIDAK, KUBUNUH KAU !!” geram Jellal.

Erza yang baru masuk terkejut mendengar teriakan Jellal. Erza menatap Jellal dengan penasaran. Jellal yang di tatap seperti itu langsung menunduk karena malu.

“Bro, kamu tahan aja pacaran sama Erza..” bisik Gray.

Jellal mengangkat sebelah alisnya.

“Bro, kamu gak liat ekspresinya tiap hari ? Kayak manekin !” ujar Natsu tanpa basa – basi.

Jellal terdiam.

“Bro, aku yakin dia gak pernah minta cium, peluk ato bahkan bilang aiyy lope yuu kan ?” ujar Gray memastikan.[a/n : Gray 4L4Y XD]

Jellal membatu.

“Terus, bro.. Aku tahu dia gak pernah cemburu sedikit pun walopun kamu sama cewe lain.. Kemaren aku liat lho, kamu nerima coklat dari Mira dan Erza juga kebetulan ada disana.. Dan dia biasa aja pas ngeliat kamu..” tambah Natsu.

Suara Jellal tercekat di tenggorokannya.

Seingin apapun Jellal ingin membantah kedua temannya, ia tahu bahwa mereka berdua mengatakan yang sebenarnya.

“Bro, mungkin aja si Erza punya cowo lain !” cerocos Natsu tiba – tiba.

Rahang Jellal mengeras.

Melihat perubahan ekspresi wajah Jellal, Gray menyenggol Natsu dan berdeham.

“Bro, jangan didengerin.. Kamu kayak gak tau otak udang yang satu ini aja..” ujar Gray dengan nada mengejek. Namun, nada mengejek itu malah terdengar seperti nada panik.

Jellal diam dan berdiri dari kursinya lalu berjalan keluar kelas.

“Kamu sih..” tuding Gray.

Jellal berjalan dengan tatapan kosong.

“Dia seperti manekin..”

Ucapan seperti itu juga pernah ia dengar dari Siegrain—saudara kembarnya. Bayang – bayang Erza berjalan di dalam pikirannya.

Erza, seorang gadis berambut merah yang baik namun dingin. Jellal tidak tahu benar apa yang ada di balik sikap dingin itu. Sedangkan Erza, tahu semua mengenai Jellal seolah – olah Jellal adalah telapak tangannya[gak ngerti ? sama..].

Erza..

Benar, Erza tidak pernah bermanja – manja seperti pacar – pacar lamanya yang sebelumnya. Dia selalu mandiri.

“Aah, maafkan aku !” teriak Natsu.

Jellal membelalakan matanya melihat tumpahan cairan dari gelas yang dipegang Natsu. Waktu itu, Erza, Jellal, Gray, Lucy dan Natsu sedang membuat majalah dinding untuk lomba antar kelas.

Ketika majalah dinding itu selesai, Natsu secara tidak sengaja menumpahkan minuman di atas mading yang telah mereka buat.

“Bagaimana ini, jika kita ingin membuat lagi.. Bahannya habis sedangkan mading ini akan dipasang besok..” ujar Lucy khawatir.

Natsu menghaturkan beribu maaf kepada Jellal, Erza, Gray dan Lucy.. Apa yang bisa ia lakukan ? Nasi telah menjadi bubur. Erza hanya diam mengamati majalah dinding yang telah basah tersebut.

“Hm.. Aku punya ide..”

Esoknya, mading tersebut menang perlombaan antar kelas.

Jellal tersenyum kecil mengingat kejadian tersebut. Seluruh kelas menyorakinya sedangkan Erza—yang menyelamatkan mading tersebut— hanya tersenyum dari kejauhan.

Benar, Erza selalu dingin dan menyendiri. Erza sangat pintar dan pendiam sehingga beberapa orang menganggap Erza sombong. Padahal, pada kenyataannya.. Erza dengan senang hati akan menolong siapapun yang meminta bantuan—bahkan tanpa diminta bantuan pun ia akan menolong..

“Bagaimana ini ?” panik Kana ketika ia memecahkan vas keramik kesayangan Bu Evergreen.

Sementara siswa yang lainnya hanya bisa melihat dan berpura – pura tidak tahu, Erza langsung menghampiri Kana dan membantu Kana untuk membersihkan pecahan kaca tersebut.

Pada akhirnya, Erza dan Kana dihukum oleh Bu Evergreen.

“Mengapa kau juga bilang kau yang memecahkannya ?” tanya Jellal.
“Setidaknya ia tidak dihukum sendiri, Jellal..” jawabnya.

Jellal berhenti berjalan dan menghela nafas panjang.

“Jellal ?” panggil seseorang.

Jellal mengenal suara itu.

“Erza..”

Erza berjalan mendekati Jellal dan menyelipkan telapak tangannya di dalam telapak tangan Jellal.

Jellal sedikit tersentak akibat kontak mendadak tersebut.

Raut kesedihan tergambar diwajah Erza ketika Jellal tersentak, namun kesedihan itu langsung digantikan dengan wajah tanpa ekspresi seperti biasa. Erza menarik tangannya kembali.

“Jellal, kau bodoh..” Jellal menjerit dalam hati.

Mereka berdua berjalan beriringan dalam kesunyian.

“Erza..”
“Ya ?”
“Bagaimana kabarmu ?” tanya Jellal.

CANGGUNG~~~~~~~~~~…

Jellal berdeham. Wajahnya memerah. Erza tertawa kecil.

“Aku baik – baik saja, Jellal.. Sekarang beri tahu padaku.. Apa kau sedang bermasalah dengan teman – temanmu ?” tanya Erza.

Jellal langsung menggeleng kecang. Erza tertawa kecil melihat perlakuan Jellal.

“Jangan menggelengkan kepalamu seperti itu..” ujar Erza “bisa saja kepalamu akan copot !” lanjut Erza.

Jellal berhenti menggelengkan kepalanya.

“Erza, ayo ke kantin bersama !” ajak Jellal.

+++

Seorang gadis berambut merah sedang sibuk menata beberapa kumpulan foto yang bertebaran di meja belajarnya.

“Erza, waktunya makan malam…” panggil ibu gadis itu.

Erza langsung keluar dari kamarnya. Semakin cepat ia makan, semakin cepat ia akan kembali ke kamarnya.

Setelah makan malam, Erza langsung kembali ke kamarnya. Berkutat dengan foto – foto Jellal yang selama ini ia kumpulkan.

Hey, apa salahnya mengumpulkan foto pacarmu sendiri ?

Selama berpacaran dengan Jellal, Erza telah mengumpulkan banyak foto Jellal. Entah itu yang ia ambil secara diam – diam maupun sepengetahuan Jellal.

Erza menyandarkan punggungnya di sandaran kursi belajarnya.

“Jellal..” gumam Erza.

Esoknya..

“Erza, apa kamu sudah menyiapkan sesuatu yang spesial untuk Jellal ?” tanya Kana.

Erza mengangguk.

“Erza..”
“Ya ?”
“Pipimu merah !” goda Kana.
“A-apa ?”
“Tidak, aku bercanda..”

Erza tertawa kecil.

Beberapa minggu lagi adalah ulang tahun Jellal—pacarnya selama tiga bulan terakhir.

“Erzaaa~” panggil sebuah suara yang bergelombang(?)dari belakang mereka berdua.
“Hai, Jellal! Oke, aku duluan ya, Erza !” ujar Kana seraya menjauh dari Erza.
“Kana !” panggil Erza.

Jellal melingkarkan tangannya di bahu Erza. Yang seperti ini sudah biasa terjadi, namun..

Erza menyentuh tangan Jellal yang melingkar di bahunya. Senyum malu terukir di bibir Erza.

Jellal terkejut. Ia sudah melompat – lompat seperti orang gila di dalam bayangannya. Erza menyentuh tangannya.. Jellal diam – diam menempelkan bibirnya sejenak ke pipi Erza.

Erza membelalakan matanya. Rona merah muda makin terlihat jelas dipipinya.

“Erza, kamu itu lucu sekali~” ujar Jellal.

Setelah bel masuk berbunyi..

“Broo, coba kamu lihat deh nih cewe, seksi banget kan !” ujar Natsu seraya menyodorkan majalah dewasa ke depan wajah Jellal dan Gray.
“Natsu, jika majalah ini disita aku akan mentertawakanmu..” ujar Jellal dan Gray bersamaan.

Natsu meringis usil. Jellal menyandarkan punggungnya ke sandaran kursinya. Melihat para gadis yang ada di kelasnya.

Lucy memang pernah menarik perhatiannya. Lucy adalah seorang gadis yang ceria dan suka memakai pakaian ketat kemana pun ia pergi. Benar – benar menunjukkan aset yang ia miliki.

“Jellal, hoy..”

Jellal menoleh ke asal suara.

“Kamu pernah suka ‘kan sama si Lucy ?” bisik Natsu. Jellal mengangkat kedua bahunya.
“Tembak aja, bro.. Dia juga masih single lho..”
“Ditembak nanti mati dong,” sinis Jellal.

Natsu mendengus kesal.

“Bro, aku yakin kamu juga mau nembak si Lucy kan ?” selidik Natsu.
“Enggak lah, aku belum mau masuk penjara,”
“Maksudku mendekati Lucy,” sinis Natsu.

Jellal terdiam. Benarkah ia mau mendekati Lucy ? Ia kan mencintai Erza.

“Aku udah punya Erza,”
“Aku gak pernah lihat Erza bermanja – manja padamu ! Ia selalu dingin, diam, kaku dan blablabla..” gusar Natsu.

Jellal terdiam.

“Kemarin, ia menggandengku,”

Natsu mengangkat sebelah alisnya.

“Apakah itu akan berlanjut.. Berpelukan ? Atau lebih baik lagi.. Sebuah ciuman ?”

Jellal terdiam lagi. Apakah Erza akan memeluknya ? Mungkin Erza terlalu malu untuk melakukannya.

“Bro, udah deketin aja si Lucy.. Kan lumayan, Lucy cantik gitu loh..”

Bayang – bayang Lucy memenuhi kepala Jellal. Memang, Lucy itu cantik.. Tapi, apakah ia akan cocok dengan seorang cewek yang clingy ?

“Bro, aku sama sekali gak bisa cocok sama dia,”
“Coba aja kali..” dukung Natsu.

Kata – kata Natsu yang tadi kembali terngiang – ngiang sebelum Jellal tertidur.

Benarlah, selama dua minggu terakhir, Jellal mendekati Lucy—cenderung menjauhi Erza. Erza yang menyadari sikap Jellal mulai merasa risih. Mengapa Jellal tampak sengaja menjauhi dirinya ? Apakah Jellal sudah tahu soal rencana kepindahannya ?

Suatu hari, Erza memutuskan untuk membuntuti Jellal. Ketika di stasiun, ia melihat Jellal di dalam sebuah toko es krim bersama Lucy. Erza menghela nafas. Mungkin ia memang bosan bersama denganku…

Dua hari sebelum kepindahan Erza, satu hari sebelum ulang tahun Jellal.

“Erza,” panggil Jellal.

Erza menoleh dan tersenyum lembut. Perasaan bersalah kembali merayapi Jellal. Bagaimana mungkin ia tega untuk melakukan ini kepada gadis yang tulus kepadanya ?

“Erza, aku ingin bicara..”

Erza menatapnya.

“Erza.. Aku.. Hmm.. Ehm.. Erza, aku merasa kita berdua tidak lagi cocok..” ujar Jellal cepat.

Erza menarik nafas dalam – dalam.

“Kau ingin mengakhiri hubungan kita ?” tanya Erza.
“Iya.. Maafkan aku, Erza.. Aku telah menyia – nyiakan dirimu,”

Erza menggeleng pelan.

“Aku mengerti sepenuhnya mengapa kau ingin mengakhiri semua ini.. Aku tidak bisa menyalahkan dirimu—sebagian memang salahmu—tapi bagaimanapun juga, awal semua ini adalah salahku,”
“Kau tidak marah ?” tanya Jellal.
“Bagaimana aku bisa marah ?”
“Aku senang aku pernah berhubungan denganmu.. Kau adalah gadis yang sangat baik,”
“Aku juga senang,”

Sebutir air mata meluncur turun dari mata Erza. Dengan cepat, Erza menghapus air mata tersebut.

“Aku tidak apa – apa.. Maafkan aku, Jellal.. Sebagian dari ini semua adalah salahku,”

Sekali lagi, perasaan bersalah merayapi Jellal. Mengapa ia harus melakukan ini ? Apakah ia buta ? Tidakkah ia melihat ketulusan dari Erza ?

“Besok, temui aku di halaman belakang sekolah, tempat pertama kali kita bertemu..”

Esoknya, Jellal datang ke halaman belakang sekolah. Ia mendapati Erza sedang berdiri membelakangi dirinya.

“Erza ?”
“Jellal, aku ingin memberikanmu ini.. Aku tahu aku tidak berhak, tapi aku harap kau menerimanya.. Terlalu sayang untuk dibuang..” jelas Erza seraya menyodorkan sebuah bungkusan kado.

Jellal terkejut.

“Aku tahu, ini hadiah yang terlalu awal.. Tapi, aku tidak bisa memberikannya besok..”
“Mengapa ?”
“Jellal, besok aku akan pindah..”

Jellal termenung. Ia tidak akan melihat Erza untuk jangka waktu yang lama. Entah kapan Erza akan kembali.

“Kau akan kembali kesini ?”

Erza mengangkat kedua bahunya.

“Mungkin.. Tapi, siapa yang tahu ?”

Erza berjalan meninggalkan Jellal yang masih terpaku pada tempatnya.

“Erza,”
“Ya ?”
“Terima kasih..”

+++

Ternyata benar. Para guru telah menginformasikan kepada seluruh murid bahwa Erza Scarlett akan pindah. Pikiran Jellal kembali melayang ke bungkusan kado yang belum ia buka. Kira – kira apa isinya ? Mengapa Erza ingin memberinya itu ?

Sepanjang hari, pikiran Jellal masih terpaku pada Erza. Bahkan ketika teman – temannya yang lain mengucapkan selamat ulang tahun, ia hanya bisa mengulas senyum singkat. Lucy pun ia acuhkan. Ketika bel pulang berdering, ia benar – benar merasa bersyukur.

Ketika sampai di rumah, ia langsung membuka kado dari Erza. Matanya membulat. Ia tidak pernah menyangka Erza akan melakukan hal ini. Erza memberikan Jellal sebuah scrapbook berisi foto – fotonya dan beberapa foto mereka berdua dihias dengan manis.

Ada satu foto ketika ia sedang tertidur di bawah pohon. Ada satu foto ketika ia sedang tertawa terbahak – bahak. Ada satu foto ketika ia tersenyum.. Masih banyak lagi.

Selama ini Erza benar – benar memperhatikan Jellal. Bahkan beberapa dari kumpulan foto itu ada pesan – pesan dari Erza.

Di sebuah foto dimana Jellal sedang merangkul Erza, tertulis pesan..

“Aku selalu mencintainya. Aku harap ia juga mencintaiku ^^”

Atau sebuah foto dimana ia sedang sakit.

“Ia sakit. Aku khawatir. Jellal, jaga kesehatanmu”

Jellal menarik nafas tajam. Selama ini Erza memperhatikan dirinya. Erza selalu mencintainya walaupun tidak pernah ditunjukkan. Erza selalu tulus menyayanginya.

Bodohnya..

Mengapa ia tidak pernah menyadari hal itu ?


repost from : www.fanfiction.net